REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Pedagang dan perajin tahu tempe di Kota Tasikmalaya sepakat melakukan aksi mogok pada Sabtu (29/5) dan Ahad (30/5). Aksi mogok itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah yang tak bisa mengendalikan harga kacang kedelai.
Koordinator Paguyuban Pedagang Tahu Tempe di Pasar Sore Cikurubuk Kota, Epan Ependi, mengatakan, seluruh pedagang tahu tempe di pasar terbesar wilayah Priangan Timur itu sepakat untuk tidak berjualan pada akhir pekan ini. Selain itu, para perajin tahu tempe juga telah sepakat menyetop produksi untuk sementara.
"Besok kita akan sweeping ke pasar mulai pukul 04.30 WIB untuk melakukan aksi mogok. Hasil rapat kemarin sudah ada keputusan, pedagang tahu tempe per Sabtu pukul 24.00 WIB sudah tak ada lagi yang berjualan. Perajin juga tak produksi dulu," kata dia saat dihubungi Republika, Jumat (28/5).
Menurut dia, para pedagang dan perajin tahu tempe di sejumlah daerah lain sudah mulai melakukan aksi mogok sejak Jumat. Namun, khusus di Kota Tasikmalaya aksi dilakukan pada Sabtu dan Ahad.
Epan menjelaskan, tujuan aksi mogok dilakukan adalah ingin pemerintah ikut mengatasi lonjakan harga bahan baku tahu tempe, yaitu kacang kedelai. Sebab, ia menyebut, harga kacang kedelai terus merangkak naik sejak September 2020.
Menurut dia, saat ini harga kacang kedelai per kilogramnya berkisar Rp 11 ribu. Padahal, sebelum mengalami kenaikan, harga kacang kedelai berkisar Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kilogramnya.
Sementara itu, menurut dia, para pedagang dan perajin merasa dilema untuk menaikkan harga tahu dan tempe. Pasalnya, jika harga tahu tempe di pasaran naik, pembeli pasti akan berkurang.
"Selama ini kita siasati demgan memperkecil ukuran produksi. Namun itu sudah maksimal, tak bisa lagi dikecilin. Karena itu, kita harus naikan harga," kata dia.
Epan menegaskan, pemerintah harus ikut andil dalam menekan harga bahan baku tahu tempe. Ia juga meminta masyarakat bisa maklum jika terjadi kenaikan harga tahu tempe. "Jadi kita minta masyarakat memaklumi kenaikan tahu tempe. Kalau naik juga tak akan besar, hanya 500-1.000 perak per bungkus," ujar dia.
Menurut Epan, dalam aksi mogok itu, setidaknya akan ada sekitar 70 pedagang tahu tempe yang ikut serta. Selain itu, ada sekitar 40 perajin tahu dan 50 perajin tempe yang akan berhenti produksi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan, Kota Tasikmalaya, Tedi Setiadi mengaku prihatin dengan rencana aksi mogok yang akan dilakukan para pedagang dan perajin tahu tempe. Sebab, aksi itu pasti akan berimbas kepada konsumen.
Namun, ia mengaku dapat memaklumi aksi tersebut. Sebab, para pedagang dan perajin mengeluhkan harga kacang kedelai yang begitu tinggi."Memang harga kacang kedelai impor masih tinggi. Bahkan sempat mencapai Rp 12 ribu," kata dia.
Menurut Tedi, untuk mengatasi masalah tingginya harga kedelai impor, perajin sudah semestinya beralih ke kedelai lokal. Sebab, pemanfaatan kedelai lokal belum masih maksimal.
Ia mengatakan, saat ini baru sekitar 30 persen produksi tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya menggunakan kedelai lokal. Sementara sisanya, sekitar 70 persen masih menggunakan kedelai impor.Menurut dia, perajin menganggap kacang kedelai lokal tak begitu bagus untuk produksi menjadi tahu dan tempe. Para perajin beranggapan kedelai lokal itu hasilnya cepat asam dan kurang berkembang jika dijadikan tahu dan tempe.
"Ini juga tantangan kami untuk mengusuljan kepada Kementan (Kementerian Pertanian) agar bisa menghasiljan varietas kacang kedelai berkualitas tinggi. Jadi bisa bersaing dengan kedelai impor," kata dia.
Tedi menyebutkan, sebenarnya terdapt banyak petani yang telah membudidaya kacang kedelai di Kota Tasikmalaya. Namun, para petani itu umumnya memanen muda kacang kedelai untuk dijadikan kacang sisil. Sebab, jika dipanen matang, petani khawatir akan sulit untuk dipasarkan."Jadi ini PR kita semua agar bisa memproduksi kacang kedelai yang berkualitas," kata dia.
Bayu Adji P