Jumat 28 May 2021 19:29 WIB

Pulau Jawa yang Kembali Jadi Penambah Terbesar Covid-19

Secara nasional keterisian tempat tidur isolasi Covid-19 naik.

Sejumlah pasien positif COVID-19 berolahraga di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (26/5/2021). Berdasarkan data pengelola, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat ini menunjukkan peningkatan sebesar 10 persen dalam kurun waktu sembilan hari terakhir terhitung sejak Selasa (18/5/2021) yaitu sebesar 15,02 persen menjadi 25,21 persen.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah pasien positif COVID-19 berolahraga di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (26/5/2021). Berdasarkan data pengelola, jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran saat ini menunjukkan peningkatan sebesar 10 persen dalam kurun waktu sembilan hari terakhir terhitung sejak Selasa (18/5/2021) yaitu sebesar 15,02 persen menjadi 25,21 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Rr Laeny Sulistyawati

Hari ini kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 5.862. Angka kumulatif kasus virus corona di Indonesia mencapai 1,8 juta.

Baca Juga

Bila sebelumnya tren kenaikan kasus Covid-19 di Pulau Jawa telah turun, data terbaru menunjukkan Pulau Jawa kembali menjadi kontributor terbesar. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan, kenaikan kasus Covid-19 didominasi oleh provinsi di Pulau Jawa.

Kelima provinsi tersebut yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, dan DIY. “Baik secara nasional maupun di kelima provinsi ini, keterpakaian tempat tidur isolasi mengalami peningkatan,” ujar Wiku saat konferensi pers, Jumat (28/5).

Di tingkat nasional, keterpakaian tempat tidur mengalami peningkatan sebesar 14,2 persen terhitung dari 20 Mei dibandingkan 26 Mei 2021. Pada 20 Mei, jumlah keterpakaian tempat tidur ruang isolasi di seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di Indonesia sebanyak 20.560 tempat tidur. Namun, angka ini meningkat menjadi 23.488 tempat tidur pada 26 Mei.

“Adanya peningkatan ini dikontribusi oleh lima provinsi yang akan saya sebutkan yang mengalami peningkatan 18-23 persen pada rentang waktu yang sama,” kata dia.

Satgas mencatat, peningkatan yang terjadi di kelima provinsi ini yakni sebesar 18-23 persen selama 5-6 hari terakhir. Di DKI Jakarta tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,7 persen dari yang sebelumnya sebesar 3.108 pada 21 Mei menjadi 3.846 tempat tidur isolasi yang terisi pada 26 Mei. Kemudian di Jawa Barat mengalami peningkatan 20,3 persen dari yang sebelumnya 3.003 pada 20 Mei menjadi 3.615 tempat tidur isolasi yang terisi pada 26 Mei.

Di Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 23,13 persen dari yang sebelumnya sebesar 2.567 pada 20 Mei menjadi 3.161 tempat tidur isolasi yang terisi pada 26 Mei. Banten mengalami kenaikan 21,2 persen dari yang sebelumnya sebesar 816 pada 20 Mei menjadi 959 tempat tidur isolasi terisi pada 26 Mei, dan DIY mengalami kenaikan 18,18 persen dari yang sebelumnya sebesar 495 pada 21 Mei menjadi 585 tempat tidur isolasi terisi pada 26 Mei.

Wiku yakin, jika provinsi-provinsi di Pulau Jawa ini mampu melakukan konsolidasi penanganan Covid-19 antar jajaran pimpinan daerah dengan baik, maka Pulau Jawa dapat menjadi kontributor perbaikan perkembangan kasus Covid-19 di tingkat nasional. “Manfaatkan forum koordinasi pimpinan daerah lintas wilayah di tingkat provinsi, kabupaten kota di Pulau Jawa agar dapat menghasilkan strategi pengendalian Covid-19 yang efektif,” ujarnya.

Kasus Covid-19 di Tanah Air usai Lebaran dua pekan lalu kini menunjukkan peningkatan. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 (Satgas Covid-19) memperkirakan jumlah kasus akan tinggi hingga lima pekan ke depan.

"Diperkirakan tingginya potensi terjadi peningkatan kasus Covid-19 hingga empat atau lima pekan kedepan. Sebab, terjadi mobilitas selama libur lebaran dan perkembangan mutasi Covid-19," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Reisa Brotoasmoro saat mengisi konferensi virtual FMB9 bertema Protokol Jalan, Ekonomi Aman, Jumat (28/5).

Reisa meminta semua pihak harus siap dengan potensi terjadinya lonjakan kasus ke depannya. Jangan sampai masyarakat lengah. Meski sudah lelah dengan aturan yang ada, dia melanjutkan, aturan itu dibuat untuk melindungi diri supaya bisa hidup aman dan nyaman.

"Kita bisa terus produktif, terus aktif tapi aman, terhindar dari Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan. Karena mencegah lebih baik dibandingkan mengobati," katanya.

Ia meminta masyarakat melaksanakan protokol kesehatan daripada terlanjur tertular virus ini kemudian harus sampai sakit atau terpaksa menjalani perawatan medis di rumah sakit. Ia menjelaskan, penularan Covid-19 sebenarnya dari droplet yang mengandung virus ini. Kemudian, virus menyebar ke orang, bisa melalui penularan langsung ataupun kontak tidak langsung yaitu percikan menyebar di orang-orang yang memegang benda yang terkena percikan cairan orang yang terinfeksi. Ketika tangan memegang benda mengandung virus, dia melanjutkan, ini menjadi tempat masuknya virus dalam tubuh.

"Karena kita biasa pegang muka himgga lebih dari 20 kali (per hari) maka kita berisiko mengalami kontak tidak langsung," katanya.

Jadi, dia melanjutkan, protokol kesehatan 3M seperti memakai masker, menjaga jarak, hingga mencuci tangan dengan sabun jadi hal yang mendasar bisa terhindar dari infeksi virus SARS-CoV2. Ia menjelaskan, masker mencegah supaya tidak terpercik dan terhirup. Berbicara juga menjadi aman karena droplet keluar saat berbicara hingga batuk maka masker bisa melindunginya dari percikan.

Sama halnya dengan menjaga jarak yang ikut membantu menurunkan risiko penularan. Jika ada dua orang saling berinteraksi, kemudian dua-duanya memakai masker dan ikut menjaga jarak maka risiko penularan bisa ditekan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement