REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Seorang Muslimah yang sedang haid, jika dia terhalang mengerjakan ibadah mahdah (sholat dan puasa) masih terbuka kesempatan untuk mengerjakan ibadah hati. Ada dua alasan mengapa ibadah hati dapat dilakukan seorang perempuan yang sedang haid.
"Karena seperti yang dikatakan Ibn Qayyim Al Jauziyyah, sesungguhnya, ibadah hati lebih agung dan lebih berat daripada ibadah jawarih (anggota badan)," kata M Fauzak Rachman dalam bukunya "Ibadah-Ibadah Saat Haid".
Pertama, ibadah hati merupakan penentu sah atau tidaknya suatu amalan. Sesungguhnya, amalan lahirnya yang dilakukan lisan dan anggota tubuh lainnya tidak akan diterima Allah SWT.
"Selamat tidak disertai dengan ibadah hati niat yang merupakan dasar bagi diterimanya suatu amal lahirnya," katanya. Terkait hal ini Rasulullah SAW bersabda:
إنما الأعمال بالنيات "Sesungguhnya seluruh amal harus disertai dengan niat." (HR Al Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khattab).
Karena itu suatu amal, pekerjaan, atau aktivitas apapun bentuknya sangat bergantung dan terkait dengan niatnya. Suatu amal tanpa disertai dengan niat yang benar seperti halnya badan tanpa ruh atau pohon tanpa buah, tidak berfungsi dan tidak menguntungkan sedikitpun. "Hatilah yang dinilai Allah SWT," katanya.
Fauzi mengatakan, bila bersih niatnya, Allah SWT akan menerima amalnya. Tetapi, apabila kotor hatinya niat dan tidak benar atau berbau Syirik atau tidak ikhlas, dengan sendirinya amal tersebut akan ditolak. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الله لا يَنْظُرُ إِلى أَجْسامِكْم، وَلا إِلى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepadamu bentuk tubuh dan rupamu, tetapi Dia melihat kepada hatimu. ( HR Muslim dari Abu Hurairah).
Menurut Fauzi Rachman, hati merupakan cerminan hakikat pemiliknya. Dalam riwayat Al Bukhari dan Muslim dari Nu'man Ibn Basyir disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda.
أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah: Apabila dia baik, baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rusak rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati."
Jika hati rusak, seseorang tidak akam menemukam manfaat dalam urusam dunia yang diperbaikinya dan tidak akan memperoleh manfaat atah pahala di akhirat. Allah SWT berfirman dalam surah As Syuara ayat 88: يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ "Pada suatu hari ketika harta dan anak laki-laki tidak berguna."