REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kepala sekolah SDN di bawah Dinas Pendidikan DKI Jakarta melakukan kunjungan ke sekolah percontohan penerapan protokol kesehatan, Sekolah Prancis Jakarta atau Lycee Francais Jakarta (LFJ) Jumat (28/5). Kunjungan dilakukan dalam rangka memantau contoh protokol kesehatan yang diterapkan LFJ untuk diadopsi sekolah-sekolah SD di Jakarta.
Sekolah internasional Perancis Jakarta merupakan salah satu sekolah pertama di Jakarta yang disetujui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi sebagai sekolah percontohan dalam penerapan protokol kesehatan per Mei ini.
Tak hanya itu, Kemendikbud juga meminta Sekolah Perancis Jakarta untuk mempresentasikan penerapan protokol di sekolah tersebut ke kepala sekolah dasar negeri (SDN) di Jakarta yang dipilih Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Sudah 10 kepala sekolah SDN yang melakukan kunjungan untuk melihat penerapan protokol kesehatan sekolah, tanggal 24 kemarin lima kepala sekolah, dan hari ini lima," kata Secretaire de Direction Lycee Francais sekaligus PIC sekolah percontohan, Elys Siagian saat mendampingi para kepsek SDN.
Lima kepala sekolah yang berkunjung kali ini, antara lain berasalcdari SDN Rambutan 1, SDN Kelapa Dua Wetan 06, SDN Susukan 08, meninjau penerapan protokol di Sekolah Perancis Jakarta.
Mereka diajak berkeliling melihat kegiatan belajar mengajar siswa dari mulai tiba di sekolah hingga pulang sekolah. Elys Siagian mengatakan, sekolahnya menerapkan protokol kesehatan yang ketat bagi siswa, pengajar maupun staf-stafnya.
Sejak pintu masuk, siswa wajib menggunakan masker, melewati pengecekan suhu tubuh secara bergantian, mencuci tangan. Tak hanya itu, sekolah itu mendesain alur masuk dan ke luar sekolah berbeda ditandai dengan arah tanda panah.
Siswa dan pengunjung diwajibkan mengikuti alur yang tersedia, mulai masuk area sekolah, tangga, menuju kelas hingga pintu ke luar. Tujuannya agar siswa tidak saling bertemu berlawanan satu sama lain. Di ruangan kelas pun, jeda meja siswa satu dengan yang lainnya berjarak sekitar satu meter.
Kapasitas siswa di tiap tiap kelas juga terbatas, karena jumlah siswa per kelas di Sekolah Perancis Jakarta memang maksimal 16 orang. Apalagi, sekolah itu juga menerapkan sistem belajar campuran (blended learning) antara luring di sekolah dan daring dari rumah.
Sebab, Sekolah Perancis Jakarta juga memberikan pilihan kepada orang tua siswa, untuk mengizinkan anaknya belajar tatap muka di sekolah atau tetap belajar dari rumah. Kedua pilihan itu diakomodasi oleh para pengajar di sekolah itu.
Fasilitas yang mendukung penerapan protokol kesehatan juga tersedia. hampir tiap sudut kelas menyediakan fasilitas cuci tangan dan hand senitizer. Sementara, fasilitas umum yakni kamar mandi di sekolah, pintu luarnya dibiarkan terbuka untuk meminimalisasi siswa memegang gagang pintu.
Lycee Francais juga menyediakan ruangan kesehatan bagi siswa yang sakit saat sedang mengikuti pelajaran. Khusus bagi siswa yang dalam kondisi demam tinggi, juga disediakan ruangan khusus isolasi sebelum nantinya dijemput oleh orang tuanya.
Namun, selama sebulan pelaksanaan belajar tatap muka percontohan itu, Elys menegaskan belum ada siswa Lycee Francais yang sakit atau diisolasi karena Covid-19.
"Selama ini tidak ada kasus, ada satu kasus tapi itu siswa yang belajar dari rumah yang terinfeksi setelah liburan," kata Elys.
Elys juga mengungkapkan, pembelajaran tatap muka hanya dilakukan tiga hari dalam sepekan yakni Senin, Rabu, dan Jumat. Karena, di luar hari itu, sekolah dibersihkan dan disinfektan. Selain itu, proses disinfektan juga dilakukan secara berkala usai pergantian kelas berakhir.
Elys berharap kunjungan Kepala Sekolah SD DKI Jakarta ini juga berguna dalam penerapan protokol kesehatan di sekolah sekolah saat kegiatan belajar tatap muka dimulai.
"Kami dengan senang hati bisa membagikan pengalaman kami dalam menerapkan protokol kesehatan, supaya sekolah lain juga bisa menerapkan protokol kesehatan paling tidak 50 persen," katanya.
Sementara itu, Kepala SDN Rambutan 01 Suharti yang ikut dalam kunjungan, menilai perlunya banyak persiapan untuk menerapkan protokol kesehatan seperti di Sekolah Perancis Jakarta. Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Sebab, penerapan protokol kesehatan di Sekolah Perancis Jakarta memang benar benar disiapkan secara matangm
"Mulai dari alur masuk, hingga alur pulang. Kalau itu diterapkan di kami di sekolah negeri barangkali yang musti banyak disiapkan, termasuk SDM, karena kalau butuh SDM cukup banyak," kata Suharti.
Suharti menjelaskan, untuk mendukung penerapan protokol kesehatan berjalan di sekolah, baik siswa, guru maupun staf juga memiliki pemahaman yang sama untuk menerapkan protokol kesehatan. Sebab, penerapan protokol kesehatan tidak hanya soal kesediaan alat mencuci tangan semata atau hand sanitizer.
"Karena perlu juga SDM untuk membantu mulai di pintu masuk, mengarahkan ke kelas, lalu jika ada siswa dengan kondisi yang kurang fit ada ruangan kesehatan, sepertinya sekolah negeri kondisinya belum bagus," kata Suharti.
Namun, Ia berharap kunjungan ke sekolah percontohan penerapan protokol kesehatan bisa menjadi gambaran bagi sekolah sekolah untik mempersiapkan pembelajaran tatap muka pada masa mendatang.