REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sejak lama dikenal dengan kekayaan rempah dan bumbu tradisional. Kekayaan warisan nenek moyang tersebut, kini sedang digelorakan kembali gaungnya dengan program bertajuk Indonesia Spice Up The World yang merupakan kerja sama lintas sektor kementerian dan lembaga.
“Tujuan utamanya adalah meningkatkan pertumbuhan ekspor pangan olahan, terutama bumbu melalui pemanfaatan rantai produksi global serta perluasan target pasar,” ucap Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut B. Pandjaitan, saat memimpin Rapat Koordinasi Indonesia Spice Up The World, Sabtu (29/5).
Dia menyatakan program ini dicanangkan atas keprihatinan terkait kurang dikenalnya bumbu asli Indonesia. Padahal bumbu khas Indonesia memiliki cita rasa yang khas dan potensi yang tinggi. Dilihat dari pemenuhan pasar mancanegara, menurut Menko Luhut, Indonesia hanya mampu memenuhi 0,67 persen kebutuhan bumbu di Afrika dan sekitar 3,87 persen kebutuhan di Australia.
“Indonesia perlu mendorong peningkatan produk bumbu masakan dan restoran sebagai etalase kuliner Indonesia di luar negeri,” imbuhnya.
Dukungan dari Kementerian Perdagangan atas program ini terlihat dengan penunjukan Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional sebagai penanggung jawab. “Kami di Kementerian Perdagangan saat ini tengah membuat pemetaan terkait rantai perdagangan bumbu dan rempah ini, khususnya untuk wilayah Afrika. Terkait dengan peluncuran Indonesia Spice Up The World di World Expo di Dubai mendatang, kami akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” terang Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi.
Menyambung hal tersebut, Menko Luhut menyampaikan arahannya agar Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) dapat turut mendukung kesuksesan peluncuran tersebut di Dubai. Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang, turut menyampaikan dukungannya untuk kesuksesan Indonesia Spice Up The World.
“Kita semua menyadari bahwa masih banyak sekali ruang yang belum optimal. Kami akan turut menyiapkan produk-produknya termasuk juga melakukan kampanye agar bumbu Indonesia semakin mendunia,” imbuh Menteri Agus.
Menurut Menteri Agus, Kemenperin selama ini terus mendorong sentra penghasil rempah untuk dapat meningkatkan nilai tambah komoditas rempah. Pihaknya juga telah meningkatkan sistem keamanan pangan melalui sertifikasi yang dapat meningkatkan daya saing pelaku industri rempah Indonesia.
“Kemendag, Kemenperin, BPOM, GAPMMI, dan pengusaha dapat melakukan rapat koordinasi dan sosialisasi sebagai tindak lanjut untuk penyamaan persepsi,” ucap Menko Luhut.
“Saya kan juga baru pulang dari Korea Selatan, mereka itu produksi untuk rotinya produksi gandum sendiri, jadi yang mereka ekspor sama yang mereka konsumsi dalam negeri sudah dibedakan,” terang Menko Luhut mencontohkan pengelolaan industri pangan di Korea.
Sebelumnya Menko Luhut juga menceritakan studi khasus gastrodiplomasi Jepang yang mempromosikan ‘washoku’ pada tahun 2006 sebagai bentuk kekhawatiran Jepang akan penyerapan hasil panen yang kurang optimal oleh pasar lokal.