Sabtu 29 May 2021 13:52 WIB

Temuan Artefak dalam Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A

MRT bersama UI dan ITB menggali di kawasan Monas, Kebon Sirih, dan MH Thamrin.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pekerja menyelesaikan pekerjaan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (27/5/2021).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Pekerja menyelesaikan pekerjaan proyek pembangunan MRT Jakarta fase 2A di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (27/5/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum dimulainya konstruksi pembangunan MRT fase 2 yang membentang dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Kota Tua, PT MRT Jakarta direkomendasikan untuk turut melibatkan tim ahli cagar budaya. Pelibatan tim ahli cagar budaya tersebut menandakan betapa jalur pembangunan MRT fase 2A lebih menantang ketimbang pada fase 1.

Pada fase 1, penggalian dan pembuatan terowongan tidak terlalu menemukan kesulitan berarti karena struktur perkotaan yang lebih modern dan tertata. Sementara di fase 2A, rute Bundaran HI-Harmoni, konstruksi jalur tersebut melalui sejumlah bangunan yang dianggap sebagai cagar budaya, sehingga harus dipreservasi.

Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda), William Sabandar menjelaskan, selain karena dilalui  bangunan bernilai historis tinggi, pengerjaan proyek yang berada di ring satu negara juga harus memperhatikan perbedaan kontur tanah. Terutama kondisi di utara Jakarta yang dianggap lebih rentan terjadi penurunan muka tanah.

Oleh sebab itu, prinsip kehati-hatian dan penuh perhitungan dalam pengerjaan stasiun tidak boleh diabaikan agar tidak terjadi penurunan struktur bangunan. Hal itu mengingat seluruh pembangunan stasiun dikerjakan di bawah tanah (underground).

"Kesulitan-kesulitan itu harus diperhitungkan, apalagi ketika masuk sepanjang jalur ke kota yang lebih sempit, kanan-kiri ada bangunan tua yang harus dikonservasi. Harus kita protect agar jangan sampai terjadi hal tidak diinginkan, seperti penurunan bangunan," kata William di Jakarta, kemarin.

Setidaknya ada 10 lokasi bernilai historis tinggi yang akan dilewati rute fase 2A. bangunan tersebut adalah Tugu Jam Thamrin, Bundaran Bank Indonesia, Bank Indonesia Thamrin, Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional, Menara BTN, Istana Presiden RI, Gedung Arsip Nasional, Gedung Candra Naya, serta Museum Bank Mandiri.

Dengan melibatkan para arkeolog dari universitas ternama, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), PT MRT Jakarta berupaya merawat dan menjaga nilai sejarah lintasan cagar budaya selama pembangunan berlangsung. Sebelum konstruksi dimulai, penggalian benda bersejarah atau ekskavasi dilakukan selama dua bulan pada Agustus 2020.

Lokasi penggalian dilakukan di kawasan Monas, Kebon Sirih, hingga Jalan MH Thamrin. Sesuai perkiraan, artefak atau benda bersejarah ditemukan selama proses ekskavasi. Benda yang ditemukan, mulai tulang sendi dan gigi bovidae (hewan pemamah biak, seperti kerbau, antelop, bison), fragmen keramik cina, fragmen keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda.

Temuan artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi. Puluhan artefak itu ditemukan di 14 titik penggalian sepanjang kawasan konstruksi MRT fase 2A, yakni bawah tanah Jalan MH Thamrin dan sebagian Jalan Medan Merdeka Barat.

Menurut Ketua tim ekskavasi pembangunan Stasiun MRT Thamrin dan Monas, Cecep Eka Permana, ragam artefak tersebut ditemukan dengan penggalian kedalaman 100-150 sentimeter (cm). Mendekati dua meter, sudah tidak ditemukan lagi artefak.

Pameran artefak

Ragam artefak mulai dari tembikar, fragmen keramik hingga uang koin yang ditemukan pada proses ekskavasi menandakan bagaimana aktivitas perekonomian Batavia sekitar tahun 1930-an berlangsung. Sentuhan artefak dalam pembangunan MRT ini tentunya menjadi daya tarik tidak hanya bagi penumpang, tetapi juga wisatawan Ibu Kota.

Hal itu pun ditangkap oleh PT MRT Jakarta untuk menginisiasi pembangunan pusat informasi (visitor center) di dua titik, salah satunya di kawasan Monas. Setidaknya 25 objek artefak tersebut kini sudah disimpan dalam sebuah meja etalase di ruang galeri visitor center yang letaknya berdekatan dengan akses masuk/keluar (entrance) Stasiun MRT Monas.

Hanya saja, pameran benda bersejarah untuk publik tersebut masih menunggu kebijakan dari pengelola Monas. Hal itu lantaran kawasan Monas saat ini masih ditutup untuk masyarakat umum sejak pandemi Covid-19 melanda.

Adapun pusat informasi bagi pengunjung tidak hanya menampilkan artefak sebagai daya tarik utama, tetapi juga seluruh informasi terkait proyek pembangunan MRT fase 2. Sehingga publik bisa mengetahui perkembangan konstruksi berlangsung.

"Apa yang bisa ditemukan di pusat informasi, semua mengenai info proyek, progres MRT fase 2, di dalam situ bisa dilihat maketnya, ada pajangan temuan cagar budaya juga sebagai alat edukasi masyarakat," kata Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Silvia Halim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement