REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Organisasi Kesehatan Dunia Eropa (WHO) untuk Eropa Hans Kluge menyatakan kampanye vaksinasi Covid-19 di Eropa masih terlalu lambat saat muncul varian virus corona yang lebih cepat menular. Dia menekankan kecepatan menjadi faktor penting di tengah pandemi Covid-19.
"Dalam pandemi, kecepatan sangat penting. Bahkan ketika WHO mengumumkan pandemi, banyak negara masih menunggu. Kami membuang-buang waktu yang berharga," ujar Hans Kluge dikutip dari Euronews akhir pekan ini.
Eropa meningkatkan vaksinasi selama beberapa bulan terakhir. Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 telah diberikan kepada 41 persen orang dewasa di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA).
Sementara, orang dewasa yang sudah divaksinasi lengkap mencapai rata-rata 18,6 persen. Di 53 wilayah kawasan Eropa menurut kriteria WHO, hanya 26 persen dari populasi yang telah menerima vaksin dosis pertama.
"Pandemi akan berakhir ketika kami telah mencapai cakupan vaksinasi minimum 70 persen," kata Hans Kluge.
Dia juga memperingatkan varian B.1.617 yang pertama kali diidentifikasi di India bahkan lebih mudah ditularkan daripada varian B.1.1.7 yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. Varian yang muncul di Inggris itu mengharuskan karantina yang lebih ketat di seluruh Eropa pada awal 2021.
Kluge mengaku prihatin atas sikap masyarakat yang menjadi lengah. Sebagian orang berpikir bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir saat mereka sudah menerima kedua dosis vaksin atau vaksin dosis pertama. "Kita akhirnya harus memberikan kartu merah untuk Covid-19, jangan beri waktu tambahan, hati-hati," kata dia.
Dia menambahkan, Eropa harus mempercepat kampanye vaksinasi dan meningkatkan jumlah vaksin. Di samping itu, WHO melanjutkan studi tentang vaksin Rusia Sputnik V dan vaksin China. WHO juga menyerukan lebih banyak solidaritas antarnegara di zona Eropa.
"Tidak dapat diterima bahwa beberapa negara mulai mengimunisasi bagian termuda dan terkuat dari populasinya, sementara negara lain di kawasan kita masih belum (mengimunisasi) semua petugas kesehatan dan orang yang paling rentan," ujarnya.