REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka kematian pada lanjut usia (lansia) usia 60 tahun ke atas akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 49,4 persen. Angka kematian merupakan yang tertinggi di antara kelompok usia lainnya.
Eka Simanjutak dan Taufiq Dimas (20 tahun) jadi saksi hidup betapa ganasnya Covid-19 yang merenggut nyawa ayahnya yang telah memasuki fase usia lansia. Eka kini tak lagi ditemani ayahnya. Sebab, orang tua tercintanya, Humala Simanjuntak, meninggal dunia 1 Maret 2021 lalu. Almarhum sempat dirawat 11 hari di Rumah Sakit Hermina, Kemayoran.
"Bapak wafat pada usia 85 tahun," ujar Eka seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/5).
Menurut Eka, sebelum meninggal dunia ayahnya masih sangat aktif, masih bekerja, jalannya juga masih tegak, berpikir baik, bahkan ke mana-mana masih menyetir sendiri. Humala berprofesi sebagai pengacara, dan menurut Eka, ayahnya masih aktif melakukan pendampingan bagi orang-orang yang memiliki masalah hukum.
Namun, satu saat ayahnya jatuh di tangga. Eka dan keluarga sempat membawa ayahnya ke rumah sakit. Sempat didiagnosis memiliki masalah pada gendang telinga keseimbangannya terganggu dan rawat jalan di rumah. Pada saat makan, ayahnya tidak bisa mencium bau dan merasakan makanan.
"Kakak saya mulai curiga, ayah saya langsung di-PCR dan hasilnya positif Covid-19. Kemudian, langsung dirawat di RS Hermina Kemayoran hingga tutup usia," katanya.
Menurut Eka, semasa hidup ayahnya adalah orang yang sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Tidak hanya pada dirinya, tapi juga rekan kerja di kantor. Ayahnya sering mengingatkan yang lain agar selalu menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan tidak boleh berkumpul.
Hingga karena suatu keperluan, Eka menambahkan, ayahnya pulang ke kampung. Di sana ayahnya menyaksikan banyak orang yang tidak menjalankan protokol kesehatan, tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tetapi tidak banyak yang tertular Covid-19. Pengalaman itulah yang membuat ayahnya kemudian mulai menganggap Covid-19 tidak terlalu berbahaya seperti yang selama ini disampaikan.
"Apalagi, ayah saya merasa sehat dan masih bisa beraktivitas seperti biasa pada usia yang sudah 85 tahun," ujarnya.
Untuk itu, Eka berpesan kepada siapa pun untuk tidak menganggap remeh Covid-19 meski merasa sehat. Menurut Eka, ayahnya juga dari segi kesehatan tidak pernah ada masalah. Selama hidup ayahnya juga amat konsen dengan kesehatan, makan dan tidur teratur, serta rajin olahraga, tetapi akhirnya terpapar Covid-19 dan meninggal.
"Kita tidak pernah tahu dalam kondisi seperti apa kita tertular," kata Eka.
Untuk itu, dia pun mengingatkan, vaksinasi saat ini merupakan satu-satunya cara menghindari Covid-19 selain menerapkan protokol kesehatan. Tidak ada alasan untuk tidak divaksin. Ia mengakui banyak rumor tentang efek samping setelah divaksin, tapi ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang telah divaksin dan sejauh ini hampir semua baik-baik saja.
"Tidak ada yang lain. Vaksinasi mengurangi risiko, dan kalaupun masih tertular, proses penyembuhannya akan lebih baik dibanding dengan yang belum divaksinasi," ujar Eka menegaskan.
Peristiwa serupa juga dialami Taufiq asal Banyumas, yang harus kehilangan ayahnya karena Covid-19. Dimas berpesan, pandemi sudah lama melanda bangsa ini dan sudah banyak yang harus meninggal dunia akibat Covid-19. Menurutnya, sudah bukan waktunya untuk ragu apakah Covid-19 ada atau tidak. Apalagi, sampai menganggap enteng dan meremehkan. Dimas juga berpendapat vaksinasi amat penting, terutama bagi lansia.