Sabtu 29 May 2021 19:22 WIB

Kasus Covid Belum Melonjak Signifikan, Ini Kata Epidemiolog

Epidemiolog ingatkan positivity rate kasus Covid di Indonesia masih di atas 10 persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Berdasarkan data dari Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 setempat, hingga 27/05/2021 atau dua pekan setelah lebaran jumlah kasus terkonfirmasi postif COVID-19 mencapai 822 orang yang sebelumnya 137 orang pada14/05/2021 dan menjadi kasus tertinggi di Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Yusuf Nugroho
Tim Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 mengusung jenazah pasien positif COVID-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Bakalankrapyak, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (27/5/2021). Berdasarkan data dari Gugus Tugas Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 setempat, hingga 27/05/2021 atau dua pekan setelah lebaran jumlah kasus terkonfirmasi postif COVID-19 mencapai 822 orang yang sebelumnya 137 orang pada14/05/2021 dan menjadi kasus tertinggi di Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus positif Covid-19 di Tanah Air yang diperkirakan akan melonjak dua pekan setelah libur lebaran 13-14 Mei lalu dan hingga kini kasus belum meningkat drastis. Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai penambahan kasus Covid-19 belum berakhir dan untuk mengetahui lonjakan maka bisa melihat indikator positivity rate.

Ia mengakui, penularan Covid-19 belum menunjukkan lonjakan yang signifikan. Tetapi ia melihat informasi data bahwa pekan hari lebaran tanggal 13-14 Mei kemudian sepekan setelah itu terjadi kenaikan kasus sekitar 36 persen.

"Memang itu laju penularan mingguan, tidak melihat kasus hariannya, namun secara akumulasi bertambah 36 persen. Hasil ini juga belum final," ujarnya saat dihubungi Republika, Sabtu (29/5).

Ia mengakui, peningkatan kasus Covid-19 diprediksi terjadi 2 pekan setelah libur dan kapasitas pemeriksaannya sudah meningkat. Kendati demikian, menurutnya kapasitas tes belum banyak naik. Menurutnya, kapasitas pemeriksaan yang dilakukan pemerintah sudah maksimal.

"Dengan kapasitas pemeriksaan itu dan masih belum mendapatkan kasus yang signifikan, ya kita lihat saja indikator positivity rate. Sekarang positivity rate masih diatas 10 persen padahal organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) meminta 5 persen," ujarnya.

Dengan positivity rate yang meningkat, dia melanjutkan, maka bisa jadi indikator kasus Covid-19 semakin bertambah. Jadi, Laura meminta melihat positivity rate saat pekan ketiga, keempat, hingga kelima pascalibur lebaran.

"Kemudian bisa disimpulkan. Kalau sekarang masih terus berjalan," katanya.

Ancaman peningkatan kasus ini membuat Laura meminta masyarakat harus waspada. Sebab, dia melanjutkan, ketika kasus Covid-19 bertambah maka warga harus lebih ketat menerapkan protokol kesehatan. Laura juga meminta pemerintah menyiapkan fasilitas kesehatan. 

Sebab, fasilitas kesehatan yang mendukung perawatan Covid-19 juga harus maksimal jika terjadi lonjakan kasus. Tak hanya fasilitas pelayanan kesehatan, ia meminta pemerintah harus meningkatkan upaya testing, tracing, dan treatment. Laura juga meminta para tenaga kesehatan juga harus siap sejak dini.

"Jangan sampai saat kasus melonjak ternyata mereka tidak siap. Karena pernah ada berita bahwa tabung oksigen di rumah sakit ternyata isinya kosong, maka itu harus disiapkan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement