REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengedepankan politik tahu diri ketika bicara peluang maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Meski tingkat elektabilitas dirinya terus terpantau naik lewat hasil sejumlah lembaga survei, seperti survei yang dilakukan oleh Y-Publica pekan ini, dimana elektabilitas Ridwan Kamil naik tajam bersama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Elektabilitas Ganjar pada survei kali ini melampaui Prabowo Subianto yang selama ini unggul di puncak elektabilitas. Sementara elektabilitas Prabowo sebesar 16,7 persen dan dibayangi oleh Ridwan Kamil sebesar 15,9 persen.
Menurut Ridwan Kamil, pihaknya memegang dua filosofi politik dalam memimpin. Pertama politik akal sehat dan tahu diri. Tingkat elektabilitas dan popularitas dirinya yang dilansir lembaga survei bisa diperhitungkan oleh partai politik atau tidak sama sekali.
“Saya tahu diri. Saya ini belum berpartai, saya tidak tahu apakah dengan hasil survei untuk 2024 apakah akan dilamar atau akan diajak partai politik, saya tidak tahu. Kalau batinnya terbuka bismillah, kalau tidak terbuka ya tidak masalah,” ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Sabtu (28/5).
Emil menilai, dalam bursa Pilpres 2024 yang ada saat ini, para tokoh yang berkpirah dan memiliki news value hari ini berpotensi menaikan elektoral. “Siapa yang punya news value? Ya orang-orang yang sedang mengambil keputusan saat ini, menteri, gubernur,” katanya.
Emil mengaku, sejauh ini hasil elektabilitas lembaga survei lebih banyak dijadikan bahan evaluasi kinerja. Berbeda dengan calon lain yang ditopang dengan branding dan buzzer. Emil memastikan, dirinya belum memakai strategi buzzer termasuk membentuk tim khusus.
Menurut Emil, karena belum berpartai, sejatinya elektabilitas dan popularitas yang terekam oleh lembaga survei murni hasil kerja pribadinya. “Apa yang saya kerjakan, dan saya beritakan sendiri berpengaruh pada elektoral. Hasil Drone Emprit, kegiatan saya itu sumber viralnya saya sendiri, kalau teman-teman yang lain, ada amplikasi dari buzzer terkait viral-nya,” katanya.
Sebagai kepala daerah di provinsi yang memiliki suara 33 juta, Emil mengaku, cukup intens berkomunikasi dengan sejumlah petinggi partai. Mulai dari Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, hingga Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
“Itu sopan satun politik, semua partai saya datangi, tidak harus dalam rangka politik, karena bagi saya lebih baik banyak teman,” katanya.
Meski begitu, kata dia, keputusan dirinya terkait kontestasi akan ditolong oleh keputusan politik terakhir, terutama kebijakan Pilkada Serentak pada 2024.
Menurut Emil, dengan Pilgub digelar November 2024, jika Pilpres April 2023 maka dirinya jika dilamar bisa berlaga di Pilpres, kalaupun kalah masih ada kesempatan untuk melanjutkan menjadi Gubernur Jawa Barat dua periode. “Kalau kalah saya masih ada pilihan, walaupun belum tentu saya maju untuk lanjut dua periode,” katanya.