REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago memprediksi akan muncul tiga poros di Pilpres 2024. Poros ketiga dianggap hadir sebagai opsi alternatif masyarakat.
Pangi menjelaskan ada dua pendekatan dalam meninjau spesies koalisi. Pertama pendekatan match all party, koalisi berbasiskan personalistik, pragmatis dan populisme. Kedua pendekatan catch all party, koalisi platform berbasiskan ideologi.
"Koalisi kita selama ini lebih kuat DNA berbasiskan kekuasaan pragmatis ketimbang ideologis, selain memang makin cair sekat ideologis lintas parpol. Artinya, koalisi bukan berbasiskan ideologi, lebih menonjol basis pragmatisme politik," kata Pangi dalam keterangan pers kepada wartawan, Ahad (30/5).
Atas dasar itu, Pangi optimis bakal ada tiga poros cukup potensial pada pilpres 2024. Poros pertama, koalisi PDIP-Gerindra-PKB dengan simulasi mengusung pasangan capres Prabowo-Puan. Poros kedua, koalisi partai Nasdem-PKS-Demokrat dengan simulasi pasangan capres Anies-AHY.
"Poros ketiga, koalisi alternatif partai Golkar-PPP-PAN dengan simulasi pasangan bisa nama-nama seperti Airlangga, Erick Tohir, terlepas dari partai mana yang nanti meminangnya menjadi capres termasuk nama Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil," ujar Pangi.
Di sisi lain, Pangi mendorong lebih dari dua pasang calon presiden. Data hasil survei Voxpol Center menunjukkan sebesar 40,6 persen menginginkan pilpres 2024 diikuti lebih dari 2 dua pasang capres/cawapres.
"Sebanyak mungkin capres alternatif, meskipun terbentur presidensial threshold 20 persen," sebut Pangi.
Pangi tak ingin agar Pilpres 2019 yang hanya diikuti dua pasangan Capres-Cawapres kembali terjadi.
"Jangan sampai terulang rematch pilpres bipolar, akibatnya keterbelahan publik makin menganga lukanya, karena enggak ada capres alternatif sebagai pemecah gelombang dua kutub tersebut," ucap Pangi.