REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung penuh dunia usaha dan dunia industri yang turut berupaya meningkatkan kompetensi guru kejuruan. Salah satunya adalah pelatihan bagi guru tata busana se-Jawa Tengah yang digelar Pusat Pelatihan Garmen Bandung (PPGB)
Hal ini merupakan implementasi penyelarasan kurikulum jurusan tata busana di Salatiga, Jawa Tengah. Sekaligus bentuk dukungan pemangku kebijakan dalam mewujudkan link and match vokasi garmen.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto, menilai upaya seperti ini perlu terus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang unggul, terampil, dan kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.
"Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dukungan dan kerja sama berbagai pihak, utamanya pihak industri. Dengan pelatihan guru ini, kualitas lulusan akan lebih ‘link and match’ dengan industri," kata Wikan, dalam keterangannya, Ahad (30/5).
Di samping itu, upaya ini juga diharapkan menjadi program yang berkesinambungan sehingga semakin banyak lulusan SMK bidang tata busana yang terserap oleh dunia industri. "Peningkatan kompetensi SDM guru SMK menjadi kunci penting untuk menciptakan lulusan SMK yang kompeten dan memiliki daya saing di industri," kata dia menjelaskan.
Pimpinan PPGB Cabang Salatiga, Nathanael Suryadi, menjelaskan bahwa kegiatan ini diikuti 60 guru kejuruan bidang tata busana yang terdiri dari satu orang ketua program studi dan dua guru produktif. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama 10 hari dan dibiayai oleh PPGB Cabang Salatiga sebagai wujud program tanggung jawab sosial perusahaan.
Nathanael menambahkan, dalam program pelatihan ini para peserta akan dibekali kompetensi-kompetensi terkini. Antara lain yaitu pembuatan pola dengan teknologi yang membantu pembuatan desain dua atau tiga dimensi yang dikenal dengan Computer-Aided Design (CAD), desain digital, manajemen pengendalian rantai pasokan (supply chain management control), analisis sistem untuk reduksi anggaran (system analysis for budget reduction), dan analisis proses digital (digital process analysis).
"Kompetensi guru harus ditingkatkan untuk bisa melaksanakan kurikulum yang telah disesuaikan dengan kebutuhan industri. Selain itu, peran guru harus berubah dari pedagogi ke andragogi, menjadi mentor dalam proses belajar peserta didik," ujar dia.