REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Budi daya ikan koi hingga sekarang masih menjadi bisnis yang menjanjikan karena pasar cukup besar. Ketua Kelompok Usaha Budi Daya Ikan Hias Mina Papilon Kelurahan Parakan Kauman, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Untung Sugiarto mengatakan, memang dalam satu tahun pandemi COVID-19 permintaan ikan koi turun drastis hingga 50 persen lebih, namun sekarang sudah mulai bangkit lagi.
"Alhamdulillah, kini satu bulan sudah bisa menjual sekitar 20 ekor," katanya, Ahad (30/5).
Ia menyebutkan ikan koi yang berumur dua hingga tiga bulan harga bervariasi, mulai dari Rp10.000 per ekor hingga jutaan rupiah per ekor. Harga ikan koi mencapai jutaan rupiah tersebut adalah ikan yang memiliki pola bagus dengan warna tajam.
"Secara bisnis sangat menguntungkan, karena kami menjual satu ikan dengan kualitas bagus akan jauh sekali harganya dari ikan konsumsi. Selain itu, di lahan terbatas bisa memproduksi ikan hias yang bagus dan pasarnya juga cukup besar," katanya.
Untung menyebutkan, sejumlah ikan koi yang dibudidayakan, antara lain jenis kohaku, thaiso shanke, showa sansoku, asagi, ushui, dan tancho. Menurut dia konsumen koi hasil budi dayanya dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
"Selain pembeli datang langsung ke Mina Papilon, kami juga mengirim order ke beberapa pulau di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali," katanya.
Ia menyampaikan, pemeliharaan ikan koi tidak begitu sulit karena pada usia nol hingga dua minggu ikan koi cukup diberi pakan alami seperti cacing atau bakteri air. Kemudian setelah dua minggu ikan yang berasal dari Jepang ini cukup diberi pelet.
Namun, budi daya ikan koi juga ada kendalanya, yaitu penyakit/virus ikan, termasuk fluktuasi suhu seperti bulan-bulan ini pengaruhnya sangat besar. Kematian karena fluktuasi suhu sekitar 20 persen.