REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, S Bowo Pribadi, Antara
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengizinkan kadernya untuk keluar jika tak menjalankan tugas partai. Sebagai seorang kader, seharusnya mereka tak lupa tugas dari partainya sebagai sebuah organisasi politik.
"Kalau tidak mau jadi petugas partai, saya tidak ngomong lagi anggota partai, petugas partai, artinya yang diberi tugas oleh partai, out," ujar Megawati dalam pidato peresmian 25 gedung kantor baru partai yang disiarkan secara daring, Ahad (30/5).
PDIP, Megawati menegaskan, tak akan memberikan kesempatan kedua bagi kader yang berkhianat dan telah keluar dari partai. Sebab, ia menceritakan, ada seorang kader yang seperti itu dan merengek ingin kembali menjadi kader partai berlogo kepala banteng itu.
"Jangan sampai deh masa-masa sekarang ini ada yang seperti begitu. Akan saya omongi terus, setiap kali mengingatkan," ujar Megawati.
Ia juga mengingatkan kepada para kader PDIP bahwa mereka adalah petugas partai. Dengan demikian, mereka harus menjalankan tugasnya sesuai dengan yang telah diarahkan oleh DPP partai.
"Kalian-kalian ini adalah petugas partai, jangan lupa, kalian adalah petugas partai. Tidak lagi bisa sebagai pribadi-pribadi karena ini namanya sebuah organisasi, organisasi partai politik," ujar Megawati.
Megawati tak ingin kadernya hanya memanfaatkan nama PDIP untuk memperoleh hal-hal yang enak, tetapi lupa bekerja untuk rakyat, yang merupakan tanggung jawabnya.
"Suka saya lihat adalah enggan kalau mereka ditugasi untuk turun ke bawah, sepertinya aduh, turun ke bawah, buang-buang waktu. Tapi, kalian petugas partai atau bukan? Jangan hanya jual nama partai," ujar Megawati.
Peringatan keras dari Megawati terhadap kadernya ini senada dengan pidato Puan Maharani saat pengarahan kepada seluruh kader di Jawa Tengah (Jateng) untuk penguatan soliditas partai menuju Pemilu 2024 di Semarang, Sabtu (22/5). Dalam arahannya, Puan meminta semua kader PDIP di Jateng untuk berjuang secara riil, apalagi jika kader tersebut saat ini menduduki jabatan sebagai pemimpin, perjuangan di lapangan sangat dibutuhkan.
"Pemimpin, menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di medsos," katanya.
Diduga kuat, Puan saat itu tengah menyindir Ganjar Pranowo. Salah satu petunjuknya adalah tidak diundangnya Ganjar pada acara pengarahan tersebut, meski notabene Ganjar adalah gubernur Jateng yang juga kader PDIP.
Sehari setelah acara pengarahan di Jateng, Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Bambang Wuryanto mengonfirmasi tidak diundangnya Ganjar sebagai 'sanksi' dari DPP. Menurut Bambang, sikap Ganjar yang terlalu ambisi dengan jabatan presiden tidak baik.
"Tidak diundang! (Ganjar Pranowo) wis kemajon (kelewatan), yen kowe pinter, ojo keminter (bila kamu pintar, jangan sok pintar)," kata Bambang, Ahad (23/5).
Adapun, politikus PDIP Effendi Simbolon menilai, pernyataan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto terhadap Ganjar adalah benar. Ganjar saat ini disebutnya terlalu berambisi menjadi calon presiden untuk 2024.
"Kalau saya mengamatinya bukan setahun atau dua tahun, sudah cukup lama begitu," ujar Effendi dalam sebuah diskusi daring, Ahad (30/5).
Effendi menilai, Ganjar saat ini asyik dengan dirinya sendiri hingga melupakan partainya. Ia melihat, hal tersebut justru seakan menunjukkan tidak empatinya Ganjar terhadap kader-kader lain.
"Jadi, kita ini kan atau kami-kami ini kan bagian dari kader, yang sebagai kader kan tidak bisa berjalan seperti domba yang jalan-jalan sendiri. Kita kan bentuk barisan," ujar Effendi.
Ganjar juga dinilai tak lagi menanamkan pesan dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yakni untuk tertawa bersama rakyat. Hal itu dinilainya tak lagi terasa di bawah dalam kepemimpinan Ganjar.
"Itu tidak terasa di bawah, seperti orang mengatakan seperti air mancur, yang kena tuh yang di jauh-jauh saja," ujar anggota Komisi I DPR itu.
Pada Senin (24/5) pekan lalu, saat dicegat wartawan dan memberondongnya dengan sejumlah pertanyaan terkait polemik internal PDIP, Ganjar tak mau berkomentar banyak, bahkan jawabannya juga cenderung datar.
“Lah ming ngono wae ditekoni (Gitu saja ditanyakan). Aku ki wong Jowo kok, kader (Saya ini orang Jawa kok, kader),” katanya saat menjawab pertanyaan wartawan di Semarang, Senin (24/5).
Tak puas dengan jawaban tersebut, beberapa wartawan pun menanyakan apakah memang Ganjar tidak diundang karena ada acara. “Oh tidak, enggak punya acara,” kembali Ganjar pun segera menjawab.
Saat diminta mengomentari pernyataan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, dengan taktis Ganjar menjawab bahwa bermedsos merupakan kebiasaan yang sudah dilakukannya sejak lama.
“Loh, saya bermedsos itu sudah sejak di DPR kok,” katanya sambil meninggalkan para awak media.
Namun, beberapa hari kemudian, sikap Ganjar berubah. Ganjar akhirnya mengakui dia merasa tidak nyaman karena isu perseteruan tersebut seolah semakin meruncing di medsos dalam beberapa hari terakhir.
"Jadi, saya mengikuti apa yang ada di medsos. Sungguh-sungguh itu tidak enak," ungkapnya kepada wartawan, di gedung DPRD Provinsi Jawa Tengah, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (28/5).
Menurut Ganjar, dia selalu hormat kepada Puan Maharani dan juga tidak pernah berkonflik dengan cucu proklamator tersebut. Jadi, hubungan dengan Puan Maharani, baik sebagai sesama kader maupun personal, menurut Ganjar, selama ini juga baik-baik saja.
"Maka, apa yang ramai diperbincangkan warganet di media sosial akhir-akhir ini antara saya dan Mbak Puan membuat tidak nyaman," katanya menegaskan.
Puan, kata Ganjar menambahkan, adalah sosok orang yang sangat berjasa pada dirinya. Jasa Puan diingatnya betul ketika maju sebagai calon gubernur Jateng pada 2013, elektabilitasnya sangat rendah.
"Namun, Mbak Puan adalah komandan tempurnya sehingga saya menang dan itu tidak akan pernah saya lupakan," ujar Ganjar menegaskan.
Bahkan, ia juga membenarkan bahwa modal saat maju sebagai calon gubernur Jawa Tengah saat itu juga sangat kecil. Namun, dengan bantuan Puan Maharani sebagai komandan tempur dan seluruh kader PDIP, Ganjar bisa memenangkan kontestasi di Provinsi Jawa Tengah tersebut.
"Maka, saya sangat hormat dengan Mbak Puan," katanya menambahkan.