Senin 31 May 2021 12:51 WIB

Gandeng ITS, Kereta tanpa Rel akan Dibangun di Jatim

Kereta tanpa rel telah dimasukan dalam revisi RTRW Surabaya 2014-2034.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.
Foto: Antara/Zabur Karuru
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana akan membangun autonomous rail rapid transit (ART) atau kereta tanpa rel di Jawa Timur (Jatim). Saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) tengah mematangkan substansi Kajian Kebijakan Penyelenggaraan ART tersebut dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

“Banyak hal kami kira dibahas pada pertemuan ini, antara lain, membahas legal aspek teknis, operasional, tata ruang, ekonomi, serta dampak lingkungan dalam penyelenggaraan ART,” kata Kepala Badan Litbang Perhubungan Umar Aris dalam pernyataan tertulisnya, Senin (31/5).

Baca Juga

Umar mengatakan, Badan Litbang Perhubungan bersama ITB, UGM, dan ITS telah menyusun naskah akademik regulasi penyelenggaraan ART sebagai pedomannya. Umar menuturkan, pertemuan dengan ITS juga membahas persiapan transformasi transportasi di Provinsi Jawa Timur.

Sebagai tindak lanjut Perpres 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, pada tataran penyelenggaraan transportasi jalan berbasis listrik di Surabaya diterbitkan Perpres Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan, Kawasan Bromo – Tengger – Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis, dan Lintas Selatan.

Dia menegaskan, Balitbanghub masih menunggu kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait dengan perpres tersebut dan tindak lanjut dari naskah akademik regulasi penyelenggaraan ART pada tataran kebijakan daerah. “Ini sesuai kewenangannya, kerangka regulasinya seperti apa, ruang pemanfaatannya sesuai tata ruang, kemudian integrasi moda transportasi,  ini tentunya butuh kerangka hukumnya,” kata Umar menjelaskan.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menyambut baik sistem transportasi modern dan ramah lingkungan tersebut yang rencananya akan diterapkan di Surabaya dan sekitarnya. Terutama dengan adanya kajian kolaborasi antara tim peneliti ITS dan Balitbanghub terkait kebijakan implementasi ART di Surabaya.

“Secara strategis, Kota Surabaya sudah siap. Begitu pula aglomerasi Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo,” kata Emil.

Meskipun rencana penyediaan ART sudah masuk dalam kajian awal, Emil tetap mengingatkan pentingnya soal regulasi, teknis, rute, dan biaya penyediaannya. Emil mengakui, salah satu poin paling penting untuk bisa mewujudkan penyediaan ART adalah memperhatikan ketersediaan infrastruktur serta konektivitas kesesuaian jaringan jalan.

“Ilmu jalan dengan ilmu kereta api harus komprehensif. Ini penting dan harus memadai,” tutur Emil.

Saat ini rencana pengembangan ART telah dimasukkan dalam revisi rencana tata ruang wilayah Kota Surabaya 2014-2034. Begitu juga dalam detail tata ruang dan peraturan zonasi Kota Surabaya 2018-2038.

Terdapat tiga rencana trase alternatif yang akan diimplementasikan berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Badan Litbang Perhubungan bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Untuk trase alternatif 1 akan dimulai dari Pelabuhan Ujung memutar di Stasiun Pasar Turi, dan berakhir kembali di Pelabuhan Ujung.

Trase alternatif 2 akan dimulai dari Stasiun Pasar Turi, mengarah ke Pulau Madura melalui Jembatan Suramadu dan berakhir kembali di Stasiun Pasar Turi. Sedangkan untuk trase alternatif 3 akan dimulai dari Stasiun Pasar Turi, melewati bagian utara Kota Surabaya, mengarah ke Pulau Madura melalui Jembatan Suramadu dan berakhir kembali di Stasiun Pasar Turi.

Sementara itu, Rektor ITS Mohammad Ashari mengatakan rencana penyelenggaraan ART tersebut harus dapat disubstitusikan dengan rencana pembangunan daerah provinsi Jawa Timur yang sudah ada. Jika dilihat dari segi teknis, Ashari mengatakan ART merupakan moda transportasi kereta yang akan berjalan di jalan raya sehingga perlu koordinasi lebih lanjut dengan pihak terkait.

“Pemerintah Provinsi Jawa Timur sudah ingin meningkatkan kereta api Sidoarjo-Surabaya, ini harus bisa disubtitusi, tidak boleh tabrakan sehingga perlu koordinasi dan perencanaan matang, itulah yang akan dilakukan ITS dengan seluruh stakeholder,” ungkap Ashari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement