Senin 31 May 2021 18:44 WIB

Tatarstan Rusia akan Rayakan Hari Peringatan

Hari peringatan akan dirayakan Tatarstan Rusia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Tatarstan Rusia akan Rayakan Hari Peringatan. Foto:   Blue Mosque atau Masjid Biru di kota Saint Petersburg, Rusia dikenal rakyat Indonesia sebagai Masjid Soekarno.
Foto: Dok. Fauzi Bustami
Tatarstan Rusia akan Rayakan Hari Peringatan. Foto: Blue Mosque atau Masjid Biru di kota Saint Petersburg, Rusia dikenal rakyat Indonesia sebagai Masjid Soekarno.

REPUBLIKA.CO.ID,KAZAN -- Selama masa Kekaisaran Rusia dan Soviet, ibu kota Tatarstan, Kazan, menandai peringatan pendudukan Kazan oleh pasukan Ivan the Terrible dengan berbagai cara. Ini termasuk dengan pendirian monumen untuk orang-orang Rusia yang tewas dalam pertempuran itu.  

Dilansir dari laman Euromaidan Press pada Senin (31/5), dengan melemahnya dan kemudian runtuhnya kekaisaran Soviet, para aktivis Tatar mulai menandai acara tersebut dengan hari peringatan mereka sendiri pada 15 Oktober setiap tahun. Namun dalam dekade terakhir, para pejabat berusaha melarangnya agar tindakan seperti itu membuat marah Moskow. Tahun lalu, pejabat kota melarang demonstrasi pada tanggal itu, tetapi pengadilan membatalkannya.

Baca Juga

Sekarang, Muslim Spiritual Directorate (MSD) Tatarstan telah memasuki polemik ini. Para aksakal (tetua) telah mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan doa setiap tahun untuk mengenang orang-orang yang tewas melawan pasukan Rusia. Acara ini akan berlangsung pada hari ke 13 bulan Muslim setelah Ramadhan

Tindakan ini telah menarik dukungan dari pejabat Tatar. Ini dianggap sebagai cara bagi umat Islam untuk mengendalikan hari libur, yang telah didominasi oleh nasionalis Tatar dan dengan demikian memberikan makna yang lebih religius daripada politik. Tetapi yang lain khawatir, bahwa kedua kekuatan itu bersatu dengan cara ini.

Banyak orang di Moskow sama sekali tidak senang dengan perkembangan ini. Seorang wakil kota Moskow, Andrey Medvedev berpendapat, bahwa liburan baru ini akan memicu ketegangan antara Tatar dan Rusia, yang disebut sudah selama lima abad hidup damai di satu negara.

Dia mengatakan, nasionalisme dan separatisme berbahaya. "Wacana baru yang sepenuhnya anti-pemerintah. Siapa yang butuh ini? Dan pertanyaan utamanya: mengapa badan-badan pemerintah (di Tatarstan) bereaksi begitu lambat terhadap semua ini?" kata dia. 

Di samping itu, seorang kritikus terkenal terhadap semua hal yang Islami, Roman Silantyev mengatakan, bahwa hari raya baru menimbulkan banyak pertanyaan lain. Sebagian besar karena Muslim dan Kristen bertempur di kedua sisi pada tahun 1552. 

Disebutkan transformasi 1552 dari hari libur nasional Tatar yang terbatas menjadi hari libur Muslim yang lebih meluas akan memungkinan mobilisasi lebih banyak kelompok Muslim di Federasi Rusia dan meningkatkan status Tatarstan. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement