REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Pertamina dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (20/5) menyinggung soal pembangunan infrastruktur gas, Pipa Cirebon Semarang yang mangkrak. Ia menilai, hal ini akibat proyek tersebut sebenarnya tidak profit jika memakai kacamata swasta.
Namun, kata Nicke sebagai BUMN, Pertamina melalui anak usahanya, PGN siap untuk mengambil alih proyek tersebut. "Tidak ada perusahaan swasta yang mau bangun virtual pipe line ke Indonesia Timur karena gak masuk keekonomian. Sama halnya pipa gas Cisem bertahun-tahun (gak jalan) karena gak ada captive market," ujar Nicke di DPR RI, Kamis (20/5).
Nicke mengungkapkan, dalam kondisi seperti itu, pada umumnya perusahaan-perusahaan BUMN sebagai perpanjangan pemerintah bakal masuk pada proyek yang tidak diminati swasta. "Jadi di bisnis yang secara keekonomian masih belum profitable ini dibangun oleh BUMN," jelas Nicke.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah membuka opsi menggarap ruas pipa cisem melalui skema APBN. Disisi lain, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) memutuskan untuk menunjuk PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) selaku pemenang kedua lelang tahun 2006 guna menggarap proyek yang tak jadi dijalankan PT Rekayasa Industri (Rekind) selaku pemenang lelang pertama.
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengungkapkan PGN siap mengikuti kebijakan pemerintah dan strategi pengelolaan gas bumi baik pembangunan infrastruktur maupun utilisasinya termasuk dalam rencana pemerintah mengenai ruas Cirebon - Semarang.
"Apabila ditugaskan oleh pemerintah dalam operation maintenance ruas Cisem, PGN siap untuk melaksanakan dan mengintegrasikannya dengan ruas yang sudah ada di pulau Jawa untuk optimalisasi utilisasi gas bagi seluruh sektor," ujar Rachmat.