Senin 31 May 2021 17:24 WIB

Jurnalis Dituntut Bantu Perbaiki Pendidikan di Indonesia

Seorang jurnalis berperan mengedukasi masyarakat dan melakukan kontrol sosial.

Pengamat Pendidikan, Ikhsyat Sykur.
Foto: Tangkapan layar
Pengamat Pendidikan, Ikhsyat Sykur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang jurnalis atau wartawan tidak hanya sekadar membuat berita saja. Wartawan menurut pengamat pendidikan Ikhsyat Syukur adalah profesi mulia karena bisa menyampaikan informasi yang baik kepada masyarakat luas. Karena peran strategis itu, seorang wartawan dituntut ikut membantu pemerintah memperbaiki pendidikan di Indonesia.

"Jurnalis bisa turut membantu pemerintah dalam perbaikan pendidikan di Indonesia. Karena dampak pandemi Covid-19 di sektor pendidikan ini, jurnalis juga dapat terus memberikan informasi yang baik demi kemajuan pendidikan serta untuk mengejar ketertinggalan karena learning loss," kata Ikhsyat Syukur saat memberikan materi pada Pelatihan Jurnalistik Peserta Program Fellowship Angkatan ke-2 gelaran Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) secara daring, Senin (31/5).

Ia juga mengingatkan para wartawan bisa membuat karya jurnalistik berkualitas sehingga bisa ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Semua itu sesuai dengan Pembukaan UU 1945 terkait cita-cita bangsa. "Jadi, kawan-kawan pers punya peran penting untuk membantu mencapai cita-cita kemerdekaan atau pendiri bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Ikhsyat.

"Peran ini," kata dia, "sesuai dengan pembukaan UUD 1995 yang selalu digaungkan saat upacara bendera, kata-kata yang sangat terkenal itu."

Penggagas Sekolah Ilmuwan Minangkabau (SIM) ini berkata, tugas utama seorang jurnalis adalah terkait moral, yakni menyampaikan informasi yang benar, valid, objektif, dan berimbang. Seorang jurnalis, kata dia, memiliki peran sosial, seperti memberikan edukasi kepada masyarakat melalui karya jurnalistik yang berkualitas dan melakukan kontrol sosial kepada penyelenggaraan negara.

“Secara moral, media memiliki peran dan tanggung jawab sebagai penyampai informasi yang benar. Artinya menyampaikan berita secara akurat atau valid, objektif, dan berimbang,” tegasnya.

Di beberapa negara, media dipercaya sebagai pilar keempat negara. Namun, menurutnya saat ini media justru dijadikan alat memanipulasi opini publik di dunia maya atau media sosial.

“Media mainstream juga sering mengamplifikasi isu atau opini publik yang tengah ramai diperbincangkan pengguna media sosial ke dalam pemberitaan media. Thomas Jefferson pernah mengatakan, bahwa lebih baik memiliki pers tanpa pemerintah, daripada memiliki pemerintah tanpa pers. Pernyataan presiden ke-3 Amerika Serikat yang sangat monumental bagi dunia pers ini juga disebut-sebut menandai lahirnya pers sebagai pilar keempat demokrasi di Amerika,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement