Senin 31 May 2021 18:34 WIB

Kemendag Minta Perajin Tahu-Tempe Kembali Berproduksi

Pemerintah juga meminta importir kedelai menyesuaikan harga kedelai impor.

Perajin membuat tempe sentra produksi Konperasi Tahu Tempe di Pejaten, Serang, Banten (ilustrasi).
Foto: ASEP FATHULRAHMAN/ANTARA
Perajin membuat tempe sentra produksi Konperasi Tahu Tempe di Pejaten, Serang, Banten (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan meminta perajin tahu dan tempe kembali bergairah produksi menyusul penurunan harga kedelai pada minggu ini. Pemerintah juga meminta para importir kedelai menyesuaikan harga kedelai impornya, sehingga bisa membantu para perajin tahu dan tempe terus berproduksi.

"Harga kedelai dunia sudah mengalami penurunan. Kami minta dukungan para pelaku usaha, khususnya importir kedelai untuk menjaga harga kedelai impor agar harga tahu dan tempe di tingkat perajin tetap stabil. Kami juga mengapresiasi komitmen para pelaku usaha kedelai dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga kedelai pada Puasa dan Lebaran 2021 lalu," ujar Oke lewat keterangannya di Jakarta, Senin (31/5).

Baca Juga

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai mulai menunjukkan tren penurunan. Pada minggu keempat Mei 2021, harga kedelai berada di kisaran 15,04 dolar AS per bushels atau Rp 9.220 per kilogram (kg) landed price, turun 5,1 persen dari minggu sebelumnya yaitu 15,86 dolar AS per bushels atau Rp 9.604 per kg landed price.

Menurut Oke, penurunan harga kedelai dunia diharapkan terus berlanjut karena beberapa negara produsen telah memasuki masa panen."Meskipun mulai terjadi penurunan harga, namun harga kedelai dunia masih cukup tinggi. Hal ini akan berdampak pada penyesuaian sementara harga tahu dan tempe sebesar 10-15 persen,"katanya.

Penurunan harga kedelai dunia, ujar Oke, akan berdampak baik terhadap produksi tahu dan tempe nasional."Kami berharap adanya penurunan harga kedelai dunia dapat disikapi secara positif oleh para pelaku usaha kedelai dalam negeri baik importir, distributor, maupun perajin tahu dan tempe. Hal itu dilakukan untuk menjaga kelangsungan usaha tahu dan tempe nasional," jelasnya.

Oke juga menegaskanKementerian Perdagangan secara periodik akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia baik ketika terjadi penurunan maupun kenaikan harga.Langkah tersebut guna memastikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe dan pasar wajar terkendali.

"Kami mengimbau pada para importIr untuk memastikan dan tetap menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh perajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) di Puskopti provinsi maupun kabupaten/kota,"imbuh Oke.

Kementerian Perdagangan akan memastikan distribusi kedelai terus dilakukan agar tidak terjadi ketiadaan stok. Dalam tiga bulan mendatang, kata Oke, importir akan menyalurkan kedelai paling sedikit 5.000 ton per bulan untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe. 

Nantinya, para anggota Gakoptindo dapat mengambil secara langsung dari gudang importir."Kerja sama penyaluran kedelai ini diharapkan akan jadi momentum bagi kebangkitan gairah perajin tahu tempe nasional untuk terus berproduksi. Sehingga, masyarakat masih akan terus mendapatkan tahu dan tempe sebagai sumber protein dengan harga terjangkau," papar Oke.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement