REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan mematikan Israel di Gaza telah membuat luka dalam terutama bagi anak-anak. Para ibu dan pekerja kesehatan mental khawatir efek psikologis dari kekerasan akan bertahan lama di anak-anak Jalur Gaza.
Seorang ibu berusia 28 tahun, Hala Shehada dari Gaza Utara mengungkapkan serangan tersebut membawanya pada kenangan tragis tahun 2014. Saat itu, suaminya yang merupakan seorang jurnalis, Khaled Hamad terbunuh di lingkungan Al-Shuja’iya.
“Hidup di Gaza berarti harus menghidupkan kembali trauma berkali-kali. Perang adalah hal terburuk di dunia,” kata Shehada seperti dinukil dari aljazeera.
Dia mengaku sulit untuk mengatasi kondisi mental putrinya yang terus memburuk. Saat mendengar bom, anaknya Toleen menangis histeris tanpa henti. Toleen tak lepas dari mimpi buruk. Dia bangun tengah malam sambil berteriak. Shehada sudah melakukan berbagai cara untuk menghiburnya tapi itu tidak menghasilkan apa pun.