Selasa 01 Jun 2021 12:47 WIB

Orang Merokok Sejak Muda Lebih Sulit Berhenti

Semakin muda seseorang merokok semakin besar risiko kerusakan organnya.

Warga melintas di depan mural edukasi kesehatan di kawasan Bibis, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Selasa (6/4/2021). Mural yang berisi ajakan taat protokol kesehatan dan bebas asap rokok tersebut dibuat agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan keluarga dan lingkungan pada masa pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Maulana Surya
Warga melintas di depan mural edukasi kesehatan di kawasan Bibis, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah, Selasa (6/4/2021). Mural yang berisi ajakan taat protokol kesehatan dan bebas asap rokok tersebut dibuat agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan keluarga dan lingkungan pada masa pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak dan remaja harus dilindungi dari rokok. Sebab dampak kecanduan nikotin untuk mereka lebih kuat dibandingkan orang dewasa.

Spesialis penyakit dalam dr Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan, salah satu kandungan kimia yang ada pada rokok adalah nikotin. Dan nikotin bisa menimbulkan kecanduan.

Baca Juga

"Semakin dini mulai merokok, maka akan semakin sulit untuk berhenti. Selain itu, kecanduan rokok bisa menjadi pintu gerbang untuk mencoba narkoba jenis lainnya," kata dia, Selasa (1/6).

Bukan cuma itu, semakin muda seseorang mulai merokok, semakin besar pula risiko kerusakan organ paru-paru dan organ lain seperti pembuluh darah dan jantung. Dokter spesialis penyakit dalam di Primaya Hospital Sukabumi itu juga mengingatkan bahaya paparan nikotin terhadap tumbuh kembang anak, yakni gangguan kecerdasan dan tingkah laku hingga gangguan konsentrasi karena ada kerusakan pada korteks cerebri.

Orang tua harus menyadari kebiasaan merokok tak cuma berdampak buruk bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain, termasuk buah hati mereka. Seorang anak bisa jadi perokok perokok pasif bila dikelilingi lingkungan orang-orang perokok, baik di rumah, sekolah atau tempat bermain.

"Bahkan anak dalam kandungan bisa disebut menjadi perokok pasif bila ibu yang mengandungnya merokok saat hamil," katanya.

Anak juga bisa jadi perokok tangan ketiga. Yakni mereka yang menghirup racun dari asap rokok yang diembuskan perokok, kemudian menempel dan mengontaminasi benda-benda atau tubuh.

Kementerian Kesehatan mencanangkan sebanyak 5 juta orang berhenti dari kebiasaan merokok melalui serangkaian program kerja yang digaungkan pada peringatan Hati Tembakau Sedunia 2021 yang jatuh pada 31 Mei. Prevalensi perokok pada kelompok usia anak-anak 10-18 tahun, meningkat 7,2 persen 2013 menjadi 9,1 hingga 2018.

Kebiasaan merokok menyumbang presentase angka kematian terbesar kedua di Indonesia setelah hipertensi. Merokok menyebabkan banyak penyakit tidak menular yang berhubungan erat dengan merokok seperti kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit paru oktsotivcoronis, stroke, serta penyakit yang berhubungan dengan kanker lainnya.

Pada 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan penggunaan tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun yang terdiri atas 7 juta orang pengguna aktif tembakau, sedangkan 1,2 juta orang merupakan perokok pasif.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement