Selasa 01 Jun 2021 15:15 WIB

Malaysia Lockdown Lagi Karena Lonjakan Kasus Corona

Malaysia hadapi lonjakan kasus Covid usai Lebaran

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Malaysia Terapkan Lockdown Lagi Karena Lonjakan Kasus Corona, India Mulai Turun
Malaysia Terapkan Lockdown Lagi Karena Lonjakan Kasus Corona, India Mulai Turun

Mall dan toko-toko kembali ditutup pada Selasa (01/06), saat Malaysia menerapkan penguncian wilayah (lockdown) nasional kedua di tengah meningkatnya kasus COVID-19. Bisnis akan ditutup selama dua minggu hingga 14 Juni, kecuali 17 sektor esensial, termasuk perbankan, media, makanan dan minuman.

Perdana Menteri Muhyiddin Yassin akhirnya memutuskan kebijakan lockdown setelah kasus harian COVID-19 mencapai 8.000 pada Jumat (28/5) dan menyentuh rekor 9.020 pada Sabtu (29/5).

‘‘Kalau tindakan drastis ini tidak segera diambil, dikhawatirkan sistem kesehatan kita akan runtuh dan kita akan menghadapi malapetaka yang lebih besar,‘‘ ujar Muhyiddin pada Senin (31/5).

Restoran bisa tetap beroperasi, namun hanya diperbolehkan melayani jasa pengambilan mandiri dan pengiriman. Hanya dua orang dalam satu rumah tangga yang diizinkan keluar membeli kebutuhan dalam radius 10 kilometer, dan tiga orang untuk alasan medis.

Warga bisa berolahraga lari di lingkungan mereka tetapi tidak diperbolehkan bersepeda.

Infeksi COVID-19 di Malaysia melonjak setelah banyak orang diduga melanggar aturan mudik saat Lebaran. Kasus harian untuk pertama kalinya melampaui 6.000 pada 19 Mei, dan mencapai angka tertinggi 9.000 dalam waktu 10 hari.

Menteri Kesehatan Malaysia Adham Baba pada Senin (31/5) mengatakan bahwa sebanyak 82.341 bayi dan anak-anak positif COVID-19 sejauh ini.

Sembari menyatakan keprihatinan atas tingginya angka tersebut, Adham menyarankan orang tua atau wali untuk lebih bertanggung jawab dalam melindungi anak dari penularan, seperti dengan menghindari tempat keramaian.

Ia menambahkan, meski tidak ada ketentuan di bawah undang-undang yang mengatur denda bagi orang tua yang membawa anaknya ke tempat keramaian, namun bisa saja dilakukan penyelidikan terhadap ini.

Bagaimana situasi di Asia Tenggara lainnya?

Vietnam disebut-sebut sempat berhasil menjaga angka infeksi tetap rendah pada tahun lalu, namun situasi yang bertolak belakang terjadi dalam dua bulan terakhir. Kasusnya melonjak dua kali lipat, dan memaksa pemerintah untuk menangguhkan kedatangan wisatawan asing di beberapa bandara dan menerapkan aturan yang lebih ketat di Ho Chi Minh.

Pada akhir pekan, pihak berwenang memperingatkan bahwa mereka telah mendeteksi varian baru virus corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris dan India. Namun, mereka menambahkan masih perlu mempelajari lebih lanjut tentang itu.

Sementara di Thailand, penjara yang penuh sesak menjadi pusat wabah, dan otoritas mencatat ada lebih dari 4.000 kasus harian COVID-19.

Singapura, yang sebelumnya hampir tidak mencatat transmisi lokal selama sebulan, memperketat aturan pembatasan pada Mei. Langkah itu dilakukan menyusul adanya peningkatan kasus, dan kekhawatiran terhadap varian baru virus corona.

Selain itu, Filipina sempat menerapkan lockdown di dalam dan sekitar Manila pada Maret, saat  rumah sakit kewalahan menangani pasien corona. Namun, pembatasan telah dilonggarkan karena kasus infeksi telah menurun.

Di Indonesia, tingkat penularan relatif stabil baru-baru ini. Bagaimanapun, Indonesia sempat menjadi salah satu yang terpukul paling parah akibat pandemi COVID-19 pada tahun lalu. Menurut data Worldometer, Indonesia juga pernah menjadi kasus aktif terbanyak di Asia pada 1 Februari.

Sementara di lingkup Asia, kasus harian COVID-19 di India dalam beberapa hari terakhir mulai mengalami penurunan. Kasus corona di India sempat alami peningkatan yang signifikan dengan kasus harian rata-rata 400.000 kasus per hari. Namun, menurut Konsul Jenderal RI Mumbai Agus Prihatin Saptono yang sembuh lebih dari 400 ribu jiwa. Tepatnya 11 Mei 2021 yang sembuh mencapai 422 ribu jiwa.

pkp/hp (AP, AFP)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement