Selasa 01 Jun 2021 16:58 WIB

Pupuk Indonesia Catat Rekor Produksi dan Penjualan pada 2020

Pupuk Indonesia berhasil menjaga kinerja perusahaan di tengah pandemi Covid-19

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
 PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil menjaga kinerja perusahaan di tengah pandemi Covid-19. (ilustrasi)
Foto: facebook.com/pg/Pupuk.Indonesia
PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil menjaga kinerja perusahaan di tengah pandemi Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil menjaga kinerja perusahaan di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terungkap dalam laporan keuangan konsolidasi tahun 2020 yang mana perusahan memecahkan rekor produksi pupuk tertinggi, dan juga rekor volume penjualan untuk produk pupuk dan nonpupuk.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman menyampaikan perusahaan dapat menjaga performanya walaupun dibayangi pandemi Covid-19. "Total produksi pupuk tahun 2020 mencapai 12,26 juta ton atau 117 persen dari target pemegang saham," ujar Bakir dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (1/7).

Baca Juga

Sedangkan untuk produk nonpupuk seperti amoniak, asam sulfat, asam fosfat dan produk lainnya mencapai 7,12 juta ton sehingga total volume produksi pada 2020, baik untuk pupuk maupun produk non pupuk mencapai 19,38 juta ton atau 118 persen dari RKAP.

Kata Bakir, beberapa faktor yang mendorong peningkatan produksi adalah telah optimalnya operasional pabrik-pabrik baru, yaitu Amurea II di Gresik dan Pusri 2B di Palembang. "Semua ini tidak mungkin terwujud tanpa kinerja direksi dan karyawan di anak-anak perusahaan yang mampu menjaga kehandalan pabrik sehingga dapat beroperasi optimal selama 2020," ucap Bakir.  

Bakir menjelaskan kinerja di bidang produksi juga diikuti dengan penjualan yang cukup menggembirakan. Bakir memerinci total volume penjualan pada 2020, baik untuk produk pupuk maupun nonpupuk mencapai 14,37 juta ton. Rincian penjualan terdiri atas penjualan pupuk ke sektor PSO sejumlah 8,43 juta ton, penjualan ke sektor nonPSO sebesar 4,94 juta ton dan penjualan produk non pupuk sebesar 970.997 ribu ton.

"Perusahaan melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan efisiensi sehingga produk kita dapat bersaing dan memiliki penetrasi yang baik di pasar internasional maupun ke sektor perkebunan dan industri di dalam negeri," ungkap Bakir.

Namun, Bakir menegaskan pemenuhan kebutuhan pupuk untuk sektor pangan atau PSO tetap menjadi prioritas. Bakir mengatakan perusahaan menjaga amanah tetap fokus pada pasokan pupuk untuk kebutuhan sektor pangan di dalam negeri.

Menurut Bakir, kinerja keuangan perusahaan juga tetap terjaga meskipun banyak industri yang terpengaruh oleh wabah Covid-19. Sepanjang 2020, Pupuk Indonesia mencatat pendapatan sebesar Rp 71,87 triliun. Bakir menyebut komposisi pendapatan tersebut terdiri atas penjualan produk pupuk dan nonpupuk, penggantian biaya subsidi dari pemerintah, serta pendapatan dari bidang jasa.

Bakir menjelaskan perusahaan berhasil mencapai laba sebesar Rp 2,32 triliun di 2020. Angka ini masih berada di bawah target pemegang saham, walaupun masih cukup positif bila mengingat berbagai tantangan yang terjadi di 2020.

"Salah satunya adalah jatuhnya rata-rata harga komoditi urea dan amoniak di pasar internasional. Walaupun secara volume penjualan kita ke sektor komersil meningkat, namun karena harga komoditi turun hingga rata-rata 20 dolar AS dibandingkan 2019, jadi cukup mempengaruhi perolehan laba," lanjut Bakir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement