REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Badan pengawas nuklir PBB, International Atomic Energy Agency (IAEA) prihatin atas diamnya Iran soal peningkatan aktivitas nuklir mereka. IAEA juga melaporkan bahwa Iran memperkaya cadangan uranium hingga 16 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir.
"Direktur Jenderal Rafael Grossi khawatir bahwa diskusi teknis antara badan tersebut dan Iran belum memberikan hasil yang diharapkan," tulis IAEA dalam sebuah laporan mengacu pada pertukaran di situs dengan pejabat Iran, dikutip laman Al Arabiya English, Selasa (2/6).
Dalam laporan terpisah, badan pengawas nuklir PBB mengatakan, persediaan uranium yang diperkaya Iran sekitar 16 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015 dengan kekuatan dunia. Persediaan diperkirakan mencapai 3.241 kilogram (7.145 pon). Namun IAEA juga mengingatkan bahwa itu belum dapat terverifikasi seluruhnya.
Batasan yang ditetapkan dalam kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) adalah 300 kilogram uranium dalam bentuk senyawa tertentu, setara dengan 202,8 kilogram uranium. Laporan terbaru tersebut akan dipresentasikan kepada dewan gubernur IAEA pekan depan.
Laporan juga akan muncul saat pembicaraan tengah berlangsung di Wina tentang kemungkinan penuh kesepakatan 2015, hingga kembalinya Amerika Serikat (AS) ke kesepakatan. Mantan presiden AS Donald Trump menarik diri dari JCPOA pada 2018. Sejak itu, dia memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.