Selasa 01 Jun 2021 18:38 WIB

Bersitegang Soal Muslim, Yunani-Turki Putuskan Berdamai

Yunani dan Turki memilih berdamai usai bersitegang soal komunitas Muslim

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Yunani dan Turki memilih berdamai usai bersitegang soal komunitas Muslim, Ilustrasi bendera Turki di jembatan Martir, Turki
Foto: AP
Yunani dan Turki memilih berdamai usai bersitegang soal komunitas Muslim, Ilustrasi bendera Turki di jembatan Martir, Turki

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA—Yunani dan Turki telah berjanji untuk mengakhiri pertengkaran tentang status minoritas Muslim di Yunani. 

Menteri Luar Negeri Yunani, Nikos Dendias, mengatakan, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, akan bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada pertemuan puncak NATO bulan depan, menjadi perkembangan baik bagi rival bersejarah tersebut.

Baca Juga

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Cavusoglu membuat marah Yunani atas komentarnya yang menyebut komunitas Muslim di Yunani Thrace sebagai ‘Turki’. Di sisi lain Yunani menegaskan bahwa Muslim di sana terdiri dari kelompok multi-ras. 

Kedua negara itu diketahui kerap berselisih dalam banyak masalah, mulai dari persaingan klaim teritorial di Mediterania Timur hingga kapal migran dan status Siprus. Mereka mendekati konflik bersenjata tahun lalu, tetapi ketegangan telah mereda.

Pada Ahad lalu, kedua negara saling bertikai atas status minoritas Muslim di Yunani. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menggambarkan populasi Muslim di wilayah Yunani Thrace sebagai "Turki". 

Cavusoglu juga menggunakan frasa "minoritas Turki" di Twitter yang merinci pembicaraannya dengan perwakilan komunitas Muslim dan kunjungan ke sebuah sekolah di Thrace. Ankara sering menuduh Yunani gagal merawat Muslim di Thrace, banyak dari mereka adalah keturunan Turki.

Dalam sambutan singkatnya pada hari Senin, Dendias mengakui negara-negara tersebut berada di jalur yang berbeda.

"Kami sepenuhnya menyadari perbedaan, dan dalam beberapa masalah yang sangat serius, sangat bertentangan dengan posisi yang kami miliki," katanya.

"Tujuan pertemuan hari ini adalah untuk mencoba proses negosiasi awal dan jika mungkin, normalisasi situasi secara bertahap dari waktu ke waktu."

Cavusoglu mengatakan Turki ingin melanjutkan pembicaraan dengan Yunani "tanpa prasyarat dan tanpa syarat". Dia juga mengatakan mereka memutuskan untuk saling mengakui sertifikat vaksinasi Covid-19 untuk mengizinkan perjalanan antar negara.

"Saya ingin mengatakan bahwa, sebagai Turki, kami memiliki keinginan untuk tindakan ini dan saya senang melihat keinginan yang sama dari Yunani," katanya.’

 

Sumber: thenationalnews 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement