REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY – Putra Mahkota Kuwait Sheikh Meshal diagendakan mengunjungi Arab Saudi pada Selasa (1/6). Dia berkunjung dengan membawa delegasi, termasuk menteri perminyakan dan menteri luar negeri.
Seperti dilaporkan laman Al Arabiya, kunjungan Sheikh Meshal bertepatan dengan penyelenggaraan pertemuan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan para mitra atau sekutunya, termasuk Rusia. OPEC+ diharapkan bakal tetap menerapkan rencananya untuk secara bertahap meredakan pemangkasan suplai hingga Juli mendatang
Saudi dan Kuwait memiliki ladang minyak bersama di zona netral yang berlokasi di perbatasan kedua negara. Tahun lalu, mereka memulai produksi di satu ladang setelah terhenti selama lima tahun.
Terkait geopolitik kawasan, Kuwait merupakan negara yang memediasi Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Qatar. Pada Juni 2017, keempat negara tersebut mengembargo dan memblokade Doha. Langkah itu diambil karena mereka meyakini Qatar mendukung kegiatan terorisme dan ekstremisme di kawasan. Qatar dengan tegas membantah tuduhan tersebut.
Kendati telah menyanggah, Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA tetap memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Keempat negara itu kemudian memboikot dan memblokade seluruh akses ke Doha. Saudi serta sekutunya lalu mengajukan 12 tuntutan kepada Qatar.
Tuntutan itu antara lain meminta Qatar menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup media Aljazirah. Doha juga diminta menutup pangkalan militer Turki di negaranya. Jika menginginkan boikot dan blokade dicabut, Qatar harus memenuhi semua tuntutan tersebut. Namun Qatar menolak melakukannya karena menganggap semua tuntutan tak masuk akal. Akibat sikap tersebut, Qatar dikucilkan.