Rabu 02 Jun 2021 05:45 WIB

Mualaf Dimas, Lebih Tertarik Belajar Islam dan Al Fatihah

Mualaf Dimas sudah tertarik belajar Islam sejak kecil.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Dimas sudah tertarik belajar Islam sejak kecil.
Foto: Dok Istimewa
Mualaf Dimas sudah tertarik belajar Islam sejak kecil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hidayah tidak datang secara tiba-tiba. Hal inilah yang dirasakan Dimas (Dimas). Pria asal Malang ini mengaku hidayah datang sejak dia kelas satu sekolah dasar. Dimas bersekolah di sekolah negeri yang notabene mayoritas siswa beragama Islam.  

Sedangkan, Dimas mengikuti agama kedua orang tuanya, yakni Katolik. Meski belum memahami apa itu agama, Dimas kecil mulai tertarik dengan Islam. 

"Saya lebih senang ikut pelajaran agama Islam karena lebih banyak murid yang belajar di kelas agama Islam dibandingkan agama saya dahulu," ujar dia. 

Saking tertariknya, Dimas menjadi murid tercepat dan fasih dalam menghafal al Fatihah saat itu. Sampai pembagian rapor tiba, gurunya memanggil kedua orang tuanya dan mempertanyakan agama Dimas.  

Karena di sekolah Dimas memilih belajar Islam, kedua orang tuanya pun terkejut. Khawatir Dimas semakin memperdalam pelajaran Islam, dia pun dipindahkan ke sekolah berbasis agama sesuai dengan keyakinannya hingga SMA.  

Hanya empat bulan, pelajaran Islam begitu membekas di pikirannya. Hidayah kembali datang saat Dimas kelas lima SD. Saat itu Dimas pindah ke Jakarta mengikuti dinas ayahnya seorang tentara AL. 

Meski bersekolah di agama, teman-teman Dimas kebanyakan Muslim. Dengan demikian, saat Ramadhan tiba, mereka pun berpuasa. 

Dimas pun ikut berpuasa, hanya saja tidak sampai satu bulan atau hanya sekitar 15 hari. Meski Dimas menjalankan puasa, dia termasuk orang yang taat, bahkan menjadi pelayan tempat ibadah yang tidak sembarang orang terpilih.  

Dimas terus menjadi aktivis agama meski kedua orang tuanya memutuskan berpisah dan mengikuti dinas ayahnya ke luar negeri. Pada masa ini, juga Dimas mengalami sebuah kekosongan. 

Meski ayahnya bekerja, Dimas memutuskan untuk sekolah dan bekerja di tempat yang berbeda. Di luar negeri, karier Dimas memuncak, tetapi di satu sisi dia merasa hidupnya mengalami kekosongan.  

"Bergelimang harta tidak membuat saya bahagia dan saya memulai pencarian tentang makna kehidupan," kata dia menjelaskan. 

Pada saat hidupnya mulai tak terarah, dengan lingkungan pergaulan yang kurang baik, ia berkenalan dengan seorang Muslim pada 2010.

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement