REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkat biaya pembuatan yang semakin berkurang, industri tenaga surya makin naik daun. Juga di Jerman, walaupun di sana matahari tidak terlalu sering bersinar.
Di daerah pedesaan sekitar ibukota Jerman, Berlin, taman panel surya terbesar di Jerman sedang didirikan. Lima ratus ribu modul ditempatkan di atas kerangka dari logam. Selain itu, seratus ribu tiang penopang harus ditempatkan, dan 250 km kabel harus dipasang. Untuk proyek itu, perusahaan energi Jerman EnBW mempekerjakan 150 orang.
Harald Schmoch, yang menjabat manajer proyek mengungkap, di negara bagian Brandenburg, di mana Berlin berlokasi pihaknya jelas punya potensi untuk menyelesaikan proyek berskala besar seperti ini. "Tapi yang penting bukan ukuran, melainkan kemampuan dan hasil kerjanya," kata Schmoch.
Taman tenaga surya ini ukurannya sebesar 225 lapangan sepak bola. Namun demikian, fasilitas bagi taman tenaga surya di Eropa bisa dibilang kecil. Sebab, proyek semacam ini harus bersaing dengan lahan pertanian. Sedangkan di kawasan kering di India, misalnya, beberapa taman tenaga surya bisa menyediakan cukup listrik untuk lima ratus ribu rumah tangga.
Namun, taman tenaga surya saja, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan warga. Di Jerman, ada 19 juta gedung apartemen dan rumah. Itu berarti banyak atap yang bisa digunakan untuk panel-panel tenaga surya. Bahkan sekarang sudah ada cabang industri sendiri yang khusus mengurus pemasangan.
Tinggal di rumah bertenaga surya
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang ini adalah Bio-Solar-Haus. Direkturnya, Hubert Becher menjelaskan, zaman sekarang, sistem ini tidak mahal lagi. Sistem ini secara ekonomis menguntungkan, karena tidak ada ongkos pemeliharaan.
"Instalasi jadi begitu murah sekarang, sehingga dari keuntungannya, biaya yang dikeluarkan segera tertutup," ucap dia.
Mark Schwarz adalah salah satu pemilik rumah, yang atapnya dilengkapi sistem panel tenaga surya. Salah satu yang membuat ini menguntungkan dari segi finansial adalah, ongkos pemanasan rumah atau air sangat rendah.
"Sering kali, sistem menghasilkan lebih banyak energi daripada yang dibutuhkan," kata Mark Schwarz.