REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sebuah statistik baru yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri Gaza, Palestina, menunjukkan kelahiran seorang anak terjadi di wilayah itu setiap 10 menit.
Tercatat, total keseluruhan dari penduduk yang berada di jalur pantai itu hampir mencapai 2 juta orang pada tahun ini.
Dilansir Middle East Monitor atau MEMO pada 2016 lalu, General Administration for Civil Affairs (GACA) juga mencatat terdapat 4.983 kelahiran selama September lalu. Disimpulkan, angka kelahiran per hari di wilayah itu mencapai 166 bayi.
Laporan yang ada dalam catatan itu juga menuliskan tujuh bayi lahir setiap jam di Gaza. Lebih dari satu bayi lahir dalam waktu sekitar 10 menit.
Bersamaan dengan jumlah kelahiran yang cukup tinggi di Gaza, terdapat kematian penduduk dalam tingkat yang juga besar. Dalam statistik yang dirilis Kementerian Dalam Negeri, GACA mencatat 291 warga di wilayah itu meninggal. Dapat disimpulkan, terjadi 10 kematian dalam satu hari.
Dirangkum dari BBC, Gaza menjadi salah satu wilayah dengan tingkat laju pertumbuhan populasi tertinggi di dunia. Hal itu terjadi khususnya setelah Israel memberlakukan blokade di wilayah itu.
Pergerakan warga serta masuknya barang ke Gaza dibatasi secara ketat oleh Israel. Demikian juga dengan Mesir yang berbatasan di wilayah selatan.
Rata-rata, sekitar 4.505 orang tinggal dalam jarak per kilometer persegi di Gaza dan diperkirakan terus meningkat hingga mencapai 5.835 orang pada akhir dekade ini. Dengan kata lain, populasi Gaza diperkirakan akan mencapai 2,13 juta orang pada 2020.
PBB mengatakan, jumlah kepadatan penduduk di Gaza tidak setara dengan adanya bangunan yang layak huni di wilayah tersebut. Kerusakan rumah-rumah penduduk dalam serangan ofensif Israel pada Desember 2008 hingga Januari 2009 dilaporkan menyebabkan 70 ribu unit tempat tinggal rusak. Hal itu kemudian membuat 12 ribu orang menjadi pengungsi.
Anak muda berusia 15 hingga 29 tahun menjadi sebagian besar dari keseluruhan populasi Gaza. Tercatat, 53 persen dari mereka menjadi penduduk di wilayah itu.
Meski anak-anak muda dalam usia produktif mendominasi Gaza, tak banyak yang dapat berperan untuk meningkatkan ekonomi wilayah itu. Tingkat pengangguran tercatat mencapai 40,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah Palestina lainnya, yaitu Tepi Barat.
Sebanyak 21 persen warga Gaza juga hidup dalam kemiskinan yang sangat parah. Mereka rata-rata hidup dan memiliki pendapatan kurang dari 534 dolar AS per bulan.
Pendidikan di Gaza yang juga memengaruhi masa depan pembangunan wilayah itu dinilai masih sangat terbatas. PBB mengatakan diperlukan tambahan pembangunan 440 sekolah pada 2020, seiring dengan populasi di wilayah itu yang terus bertambah.
PBB mendata 446.600 anak di Gaza yang mendapat pendidikan di tingkat sekolah dan menengah. Untuk menebus kurangnya fasilitas pendidikan di wilayah itu, sekolah dibagi dalam dua shift setiap harinya.
Hal ini menyebabkan waktu belajar-mengajar sekolah-sekolah di Gaza jauh lebih singkat dari standar pendidikan yang ada. Uniknya, jumlah warga yang memiliki keaksaraan atau kemampuan membaca, menulis, berhitung, mendengar, dan berbicara di wilayah itu cukup tinggi, yaitu 93 persen untuk perempuan dan 98 persen laki-laki.