Rabu 02 Jun 2021 13:47 WIB

Serangan Ransomware Sasar Produsen Daging Terbesar di Dunia

Serangan ransomware mengancam kekurangan pasokan di seluruh dunia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ransomware
Ransomware

REPUBLIKA.CO.ID, BRASIL -- Serangan ransomware menyerang produsen daging terbesar di dunia. Serangan ini menyebabkannya menghentikan beberapa operasi di Amerika Serikat (AS), Kanada dan Australia serta mengancam kekurangan pasokan di seluruh dunia, termasuk hingga seperlima dari pasokan Amerika.

Perusahaan JBS SA yang berbasis di Brasil mengatakan pada Senin (31/5), bahwa serangan itu adalah target serangan siber terorganisir yang telah memengaruhi server yang mendukung operasi TI Amerika Utara dan Australia. Seorang juru bicara Gedung Putih kemudian mengatakan produsen daging itu telah terkena serangan ransomware dari organisasi kriminal yang kemungkinan berbasis di Rusia. Saat ini FBI sedang menyelidikinya.

Baca Juga

Serangan ini terjadi setelah tiga pekan setelah serangan ransomware terpisah di Colonial Pipeline mengganggu ketersediaan bensin dan bahan bakar jet di sepanjang Pantai Timur AS. Akhir tahun lalu, serangan ransomware di rumah sakit melumpuhkan kemampuan mereka untuk menyediakan layanan darurat tepat ketika virus corona sudah membebani kapasitas mereka.

Gangguan pada JBS adalah pengingat terbaru dari ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh ransomware. Setelah dianggap sebagai gangguan belaka, ransomware telah berkembang menjadi parasit yang membunuh inangnya karena ketakutan semakin mencekik infrastruktur dan layanan yang sangat penting untuk operasi yang aman dan normal bagi jutaan orang.

“Tidak ada yang bisa memperkirakan hal ini akan datang, tetapi ini merupakan masalah proporsi yang luar biasa bagi perusahaan,” kata seorang perwakilan dengan pengolah daging merah mengatakan kepada Beef Central, sebuah layanan berita yang meliput industri daging Australia, dilansir dari Arstechnica, Rabu (2/6).

“Semua perusahaan daging tidak diragukan lagi menghabiskan banyak uang untuk keamanan siber, tetapi ini membuktikan betapa rentannya semua bisnis terhadap pelanggaran-besar atau kecil. Ini akan menciptakan masalah logistik di atas dan di bawah rantai pasokan,” ujarnya lagi.

Lima pabrik daging sapi JBS terbesar di AS. Semuanya telah menghentikan pemrosesan sejak pemadaman melanda.

Pabrik daging sapi JBS Kanada di Brooks, Alberta, membatalkan shift untuk hari kedua pada Selasa (1/6), kata pejabat serikat pekerja. Pabrik tersebut memproses hampir sepertiga ternak di federal Kanada.

Menurut situs webnya, JBS adalah produsen daging dan unggas terbesar di dunia dan produsen daging babi global terbesar kedua. Perusahaan beroperasi di 15 negara.

JBS mengatakan server cadangannya tidak terpengaruh oleh serangan itu dan secara aktif bekerja dengan perusahaan tanggap insiden untuk membuat sistemnya kembali daring sesegera mungkin. Sejauh ini, perusahaan tidak memiliki bukti bahwa data pelanggan atau karyawan telah disusupi atau disalahgunakan. Sebagian besar kelompok ransomware tidak hanya mengunci data korban tetapi juga mengunduhnya dan merilisnya secara publik jika korban tidak membayar uang tebusan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement