REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekda Sleman Harda Kiswaya merespons kabar tentang wisatawan yang mengaku dipaksa menyewa jip untuk melakukan naik ke petilasan Mbah Maridjan ketika berwisata di lereng Gunung Merapi, Sleman, DIY. Menurut Harda, kejadian itu melibatkan oknum-oknum dan telah diselesaikan.
Menurut Harda, menyayangkan masih ada pemaksaan wisatawan di Merapi. Sebab, ini merupakan kejadian kedua. Kejadian serupa pertama kali terjadi beberapa waktu lalu dan mereka yang terlibat berjanji tidak mengulanginya.
Bahkan, oknum-oknum tersebut sudah membuat surat pernyataan untuk tidak melakukan pemaksaan usai kejadian pertama. "Sekarang ini ditegakkan janji yang dulu ya namanya sudah berjanji," kata Harda, Rabu (2/6).
Harda menekankan, wisatawan tetap boleh mendatangi lokasi-lokasi wisata yang ada di lereng Gunung Merapi selama di luar batas bahaya. Selain itu, pandemi mengharuskan wisatawan tetap harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
"Harus hati-hati. Kemarin saya sudah minta panewu sana selesaikan, dia lapor sudah diselesaikan, jadi yang penting sudah diselesaikan dan masyarakat bisa ke sana," ujar Harda.
Beberapa hari terakhir, cerita wisatawan asal Klaten IB (30 tahun) dilarang naik ke petilasan Mbah Maridjan menggunakan mobil pribadinya ramai di media sosial Facebook. IB melakukan kunjungan wisata ke lereng Merapi pada Ahad (30/5) lalu.
Namun, perjalanan IB dihentikan oleh sejumlah oknum dengan alasan akses jalan menuju petilasan Mbah Maridjan jelek. Namun, ternyata IB dibolehkan ke sana asalkan menyewa jip milik mereka.