Rabu 02 Jun 2021 20:28 WIB

Perajin Batik Sukapura Kesulitan Pemasaran

BI membantu perajin melalui rumah produksi agar batik sukapura kian dilirik.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Fuji Pratiwi
Sejumlah perajin melakukan proses pembuatan Batik Sukapura di Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (31/5). Batik Sukapura yang merupakan khas Tasikmalaya memiliki ciri warna merah, putih, dan biru.
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah perajin melakukan proses pembuatan Batik Sukapura di Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (31/5). Batik Sukapura yang merupakan khas Tasikmalaya memiliki ciri warna merah, putih, dan biru.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Ketua Kelompok Batik Tulis Karuhun Sukapura Edang Ramdhani menjelaskan, batik sukapura merupakan produk budaya asal Tasikmalaya yang sudah ada sejak dahulu kala. Namun, nama batik yang memiliki ciri berwarna biru, putih, dan merah itu seolah kalah tenar dibanding dengan batik-batik dari daerah lain.

Edang mengatakan, sejauh ini pemasaran batik sukapura dari kelompoknya masih dibantu oleh BI. Ia telah mencoba menjual secara mandiri melalui toko secara daring. Namun, penjualan itu masih belum membuahkan hasil.

Baca Juga

"Jadi, pemasaran ini masih jadi salah satu kendala kita. Kalau dilepas, kita bingung mau dipasarkan ke mana. Kita masih mencari cara untuk pemasarannya," kata dia Endang di Tasikmalaya, Rabu (2/6).

Menurut Edang, harga batik itu memang tergolong mahal untuk masyarakat umum. Sehelai kain batik sukapura dibanderol dengan harga Rp 400 ribu hingga Rp 600 ribu. Namun, ia menyebut harga itu sudah sangat wajar mengingat proses pembuatan batik yang tak sebentar.

Ia menjelaskan, proses pembuatan satu kain batik sukapura bisa memakan waktu sampai lima hari. Sebab, satu kain batik itu melalui banyak banyak pekerjanya, mulai dari proses membuat gambar hingga proses canting.

"Jadi proses membatik hingga jadi kain itu lama dan butuh pengerjaan banyak orang," kata dia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, Darjana mengatakan, pembuatan rumah produksi batik di Kampung Ciseupan, Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi batik sukapura. Harapannya, dengan berdirinya rumah produksi itu, para perajin dapat lebih fokus dalam memproduksi batik.

Selain meningkatkan kapasitas produksi, BI juga ingin keterampilan para perajin ikut dikembangkan. Karena itu, BI terus melakukan pembinaan dengan mengundang para pakar agar keterampilan para perajin dalam hal desain, produksi, dan pemilihan bahan ramah lingkungan, dapat terus meningkat.

"Kita juga akan kolaborasikan para perajin batik di sini dengan desainer. Kita yakin kalau produk ini memang bagus, desainer juga akan melirik batik sukapura," ujar Darjana.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement