REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya mendukung isu perubahan iklim. Bentuknya ditunjukkan dengan keikutsertaan Indonesia sebagai Co-chair bersama Inggris pada agenda COP 26 (United Nations Climate Change Conference) Forest, Agriculture and Commodity Trade (FACT) Dialogue yang akan digelar di Glasgow, Inggris pada 1-12 November mendatang.
Hal ini ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai menggelar pertemuan bilateral dengan President Designate of the United Kingdom untuk COP26, Alok Sharma, Selasa (1/6).
“Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam mendukung kesuksesan Konferensi COP26 mendatang. Upaya pelestarian lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan harus tetap menjadi fokus, di tengah masa pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19,” ungkap Airlangga dalam akun Instagramnya @airlanggahartarto_official.
Dalam pertemuan yang juga dihadiri Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins serta Duta Besar COP26 untuk wilayah Asia Pasifik dan Asia Selatan Ken O’Flaherty dibahas sejumlah hal terkait COP26 Forest, Agriculture, and Commodity Trade (FACT), termasuk persiapan, kesiapan dan keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi COP26.
Airlangga mengatakan, Indonesia juga mengadopsi sejumlah kebijakan, di antaranya dokumen kontribusi yang ditetapkan secara nasional atau nationally determined contribution (NDC). Melalui NDC, pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen tanpa syarat (dengan usaha sendiri) dan 41 persen bersyarat (dengan dukungan internasional yang memadai) pada 2030.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah melakukan penguatan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) serta mengimplementasikan beberapa praktik keberlanjutan, seperti Timber Legality Assurance System (SVLK) dan Sustainable Natural Rubber Platform (Snarpi).
₩engamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan, konferensi perubahan iklim dunia (COP26) ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinannya mewakili aspirasi negara-negara berkembang dalam isu-isu kehutanan, pertanian dan komoditas perdangan.
“Indonesia hendaknya menggunakan momentum ini untuk membawa aspirasi dari negara-negara berkembang lainnya. Agar konferensi tersebut dapat menghasilkan berbagai rekomendasi yang bermanfaat untuk semua pihak dari FACT Dialogue tersebut dan khusunya bagi upaya konvensi perubahan iklim,” ujar Reza.
Selain itu, Reza menyebut posisi strategis Indonesia dalam COP26 menunjukkan kepercayaan dunia yang semakin menguat. Terlebih, Indonesia telah kesekian kalinya menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan juga anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB.