Kamis 03 Jun 2021 16:41 WIB

Bahaya dan Dampak Tudingkan Fitnah kepada Ulama 

Ulama merupakan pewaris nabi yang seyogianya dihormati

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Ulama merupakan pewaris nabi yang seyogianya dihormati. Ilustrasi ulama
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Ulama merupakan pewaris nabi yang seyogianya dihormati. Ilustrasi ulama

REPUBLIKA.CO.ID, Belakangan ini sejumlah ulama di Tanah Air kerap menjadi sasaran fitnah. Yang terbaru, seperti fitnah yang menyerang Ustadz Adi Hidayat terkait dana kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Sebenarnya bagaimana bahayanya memfitnah, membenci dan menyakiti ulama?  

Pendakwah yang juga Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL), Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, menjelaskan bahwa kedudukan ulama sangatlah tinggi. Dalam hadits sahih riwayat Imam Tirmidzi, Imam Ahmad, Imam Ad Darimi, Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah dijelaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi.  

Baca Juga

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” 

Menurut Ustadz Kiki, ilmu yang diwariskan dari para nabi, khususnya dari Rasulullah SAW kepada ulama adalah dalam ruang lingkup tiga pokok ajaran agama atau arkanuddin, yaitu Islam, iman dan ihsan.  

Dia menjelaskan bahwa ulama sebagai pewaris para nabi sangat mengetahui dan menguasai tentang Islam, iman dan ihsan. Pengetahuan dan penguasaan mereka terhadap arkanuddin bukan sekadar sebagai ilmu, tetapi mereka adalah pribadi-pribadi yang paling dahulu melaksanakannya secara istiqomah, dari yang wajib sampai yang sunnah atau amalan-amalan tambahan (nawafil) sehingga Allah SWT mengangkat derajatnya sebagai waliyullah atau kekasih Allah.  

"Kepada ulama yang kekasih Allah SWT inilah kita, sebagai Muslim, sangat dilarang untuk memfitnah, membenci atau menyakiti mereka karena mereka bukan hanya pewaris para nabi, tetapi mereka juga Waliyullah, kekasih Allah SWT," kata Ustadz Kiki kepada Republika,co.id pada Kamis (3/6). 

Dalam sebuah hadist qudsi yang diriwayatkan bu Hurairah,  Rasulullah SAW bersabda: 

إنَّ اللهَ قال : من عادَى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحربِ ، وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ ممَّا افترضتُ عليه ، وما يزالُ عبدي يتقرَّبُ إليَّ بالنَّوافلِ حتَّى أُحبَّه ، فإذا أحببتُه : كنتُ سمعَه الَّذي يسمَعُ به ، وبصرَه الَّذي يُبصِرُ به ، ويدَه الَّتي يبطِشُ بها ، ورِجلَه الَّتي يمشي بها ، وإن سألني لأُعطينَّه ، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه ، وما تردَّدتُ عن شيءٍ أنا فاعلُه ترَدُّدي عن نفسِ المؤمنِ ، يكرهُ الموتَ وأنا أكرهُ مُساءتَه

“Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan peperangan kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amal shaleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya (dalam Islam), dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya.

Lalu jika Aku telah mencintai seorang hamba-Ku, maka Aku akan selalu membimbingnya dalam pendengarannya, membimbingnya dalam penglihatannya, menuntunnya dalam perbuatan tangannya dan meluruskannya dalam langkah kakinya. Jika dia memohon kepada-Ku maka Aku akan penuhi permohonannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan berikan perlindungan kepadanya.

Tidaklah Aku ragu melakukan sesuatu yang mesti aku lakukan seperti keraguan untuk (mencabut) nyawa seorang yang beriman (kepada-Ku), dia tidak menyukai kematian dan Aku tidak ingin menyakitinya” (Hadits sahih riwayat Imam Bukhari).

Dari hadits qudsi di atas dapat kita pahami...  

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement