REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya buka suara usai Pemimpin Oposisi Yair Lapid umumkan koalisi pemerintahan baru, Kamis (3/6) waktu setempat. Netanyahu mengecam koalisi partai yang dikumpulkan Lapid.
Dia menyebut koalisi 'berbahaya' dari partai-partai oposisi yang mendirikan pemerintahan baru untuk bertujuan menggulingkan pemimpin terlama di negara itu. "Semua anggota parlemen sayap kanan harus menentang pemerintah sayap kiri yang berbahaya ini," kata Netanyahu di Twitter seperti dikutip laman The Guardian, Jumat (4/6). Dia menuduh koalisi Lapid-Bennett telah "dijual habis" kepada politisi dari minoritas Arab di negara itu.
Sehari setelah Lapid mengumumkan bahwa dirinya dan mitra sayap kanan Naftali Bennett membentuk pemerintahan perubahan, perlawanan dimulai untuk mendapatkan suara di parlemen dan pelantikan. Prosesnya bisa memakan waktu dua pekan atau lebih. Sementara koalisi tetap tentan runtuh.
Koalisi pemerintahan yang dibentuk Lapid terdiri dari campuran partai saingan dengan ideologis, termasuk termasuk nasionalis agama Yahudi dan Islamis Arab, yang dipersatukan hanya oleh keinginan bersama untuk menggulingkan Netanyahu.
Pada Kamis (3/6), oposisi berebut untuk mendapatkan kursi ketua dewan Knesset, parlemen Israel. Mereka menjadwalkan mosi percaya pada pemerintah yang diusulkan. Namun, ketua dewan saat ini Yariv Levin yang merupakan anggota Partai Likud Netanyahu dan memiliki kekuatan untuk menunda.
Ini menandai bahwa dia memberi pemimpinnya lebih banyak waktu untuk bermanuver.
Politisi sayap kanan Avigdor Lieberman, anggota koalisi baru, memperingatkan bahwa periode sementara dapat memungkinkan Netanyahu menemukan kekusutan dalam rencana tersebut. Seperti diketahui Netanyahu terkenal dengan akrobat politiknya.
"Kami meluncurkan langkah itu, tetapi kami belum menyelesaikannya. Akan ada 12 hari yang tidak mudah," kata Lieberman kepada Channel 13 TV. "Pada akhirnya, akan ada pemerintahan," ujarnya menambahkan.