REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei CISA menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mencapai 15,51 persen. Angka tersebut melampaui tingkat keterpilihan partai Demokrat (PD) sebesar 13,22 persen.
Dalam rilisnya (13/6), CISA menempatkan AHY sebagai tokoh dengan elektabilitas tertinggi kedua setelah Anies Baswedan dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen. Elektabilitas Partai Demokrat juga berada di urutan kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebesar 18,91 persen.
"Anies, AHY, Ganjar, Prabowo dan Erick menempati lima besar elektabilitas tertinggi dari yang lainnya," kata Direktur Eksekutif CISA, Herry Mendrofa dalam keterangan, Jumat (4/6).
Survei dilaksanakan pada 27 Mei-1 Juni 2021, dengan wawancara langsung pada 1.600 responden di 34 provinsi yang dipilih dengan multi stage random sampling. Survei memiliki Margin of error sebesar 2,85 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dia mengatakan, tingkat keterpilihan tokoh-tokoh tersebut tela dicek ulang di lima besar daerah yang basis sampelnya terbesar juga. Hasilnya, sambung dia, di Jawa Timur, Ganjar, AHY dan Prabowo cukup kuat elektabilitasnya. Dominasi Ganjar masih sulit ditumbangkan di Jateng.
Sedangkan Anies, Prabowo dan AHY memimpin di Jabar. Praktis Ganjar tumbang di DKI Jakarta karena responden cenderung memilih Anies, AHY dan Erick Tohir. Namun di Sumut, peluang keterpilihan baik Anies, AHY dan Ganjar cukup proporsional serta sisanya ada nama Prabowo dan Erick Tohir.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Adi Prayitno mengingatkan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk 'terkunci' pada angka elektabilitas tertentu. Menurutnya, politik masih bergerak dinamis, karena itu angka elektabilitas masih bisa berubah-ubah.
"Apalagi lembaga-lembaga survei berbeda-beda dalam melakukan sampling, mengumpulkan data dan menarik analisa. Jangan terpaku pada angka elektabilitas, lebih baik cermati trennya," katanya.
Adi mengakui bahwa tren elektabilitas Partai Demokrat dan Ketum AHY memang sedang tinggi. Dia mengatakan, hal itu berasal dari keungtungan clear victory dalam kasus upaya kudeta kepemimpinan PD, baik secara politik maupun hukum.
Dia melanjutkan, AHY juga memiliki posisi yang unik mengingat usia yang masih muda, memimpin partai besar, menunjukkan kepemimpinannya yang tegas dan cekatan, selama krisis kudeta baik kedalam maupun keluar. Dia melanjutkan, sebagai tokoh diluar pemerintahan pun AHY punya keleluasaan tersendiri untuk pergi ke daerah-daerah, menemui berbagai tokoh dan kalangan serta bersikap kritis pada pemerintah tanpa perlu bermusuhan.