REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, meminta seluruh daerah agar belajar dari penanganan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Selama tiga minggu terakhir ini Kudus berada di zona oranye, namun karena peningkatan kasus tak tertangani dengan baik, maka kemudian berpindah ke zona merah.
Karena itu, Wiku pun mengingatkan agar peta zonasi risiko ini tak diabaikan dan dianggap enteng oleh daerah. “Ingat, zonasi risiko ini bukan sekedar zonasi yang bisa diabaikan dan dianggap enteng,” ujar Wiku saat konferensi pers, Jumat (4/6).
Satgas mencatat, pada pekan ini jumlah daerah di zona oranye atau zona risiko sedang mengalami peningkatan yakni dari 302 menjadi 322 kabupaten kota. Sedangkan jumlah daerah di zona merah atau zona risiko tinggi naik dari 10 menjadi 13 kabupaten kota.
“(Perpindahan zonasi) ini sangat berpotensi terjadi terutama pada 322 kabupaten kota yang berada di zona oranye saat ini,” tambah dia.
Ia melanjutkan, saat ini Kudus memiliki angka kasus aktif yang mencapai 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positifnya. Angka ini sangatlah besar jika dibandingkan dengan kasus aktif nasional yang hanya sebesar 5,47 persen.
Kenaikan kasus positif inipun kemudian berdampak pada peningkatan tajam keterisian tempat tidur ruang isolasi dan ruang ICU rumah sakit rujukan Covid-19. Per 1 Juni, Satgas mencatat tempat tidur untuk pasien Covid-19 di rumah sakit sudah terisi lebih dari 90 persen.
“Ini kondisi yang sangat memprihatinkan,” kata Wiku.
Karena itu, Wiku meminta seluruh kepala daerah dan masyarakatnya agar memantau zona risiko di daerahnya masing-masing. Ia juga mengingatkan agar daerah memastikan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya memadai dan siap menangani pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat.