Sabtu 05 Jun 2021 03:44 WIB

Kasus Covid di Kudus Naik 30 Kali Lipat dalam Sepekan

Kasus Covid di Kudus diperparah dengan ratusan nakes yang terpapar pula.

Seorang pasien berbaring di kursi menunggu masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/6/2021). Akibat melonjaknya kasus COVID-19 pascalebaran di wilayah itu, sejumah pasien harus antre untuk mendapat pelayanan penanganan di sejumlah rumah sakit setempat bahkan ada yang harus dirujuk ke kota Semarang dan Salatiga.
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Seorang pasien berbaring di kursi menunggu masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (2/6/2021). Akibat melonjaknya kasus COVID-19 pascalebaran di wilayah itu, sejumah pasien harus antre untuk mendapat pelayanan penanganan di sejumlah rumah sakit setempat bahkan ada yang harus dirujuk ke kota Semarang dan Salatiga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, naik signifikan. Bahkan kenaikannya lebih dari 30 kali lipat dalam satu pekan terakhir.

"Kudus mengalami kenaikan kasus secara signifikan dalam satu minggu ini yaitu naik lebih dari 30 kali lipat, dari 26 kasus menjadi 929 kasus," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers virtual di Graha BNPB Jakarta, Jumat (4/6).

Baca Juga

Menurut Wiku, saat ini kasus aktif Covid-19 di Kudus menjadi 1.280 kasus atau 21,48 persen dari total kasus positifnya. Jumlah tersebut jauh di atas angka aktif nasional yang hanya 5,47 persen.

"Adanya kenaikan kasus positif ini menyebabkan keterisian tempat tidur dan ICU rumah rujukan di Kudus mengalami kenaikan tajam bahkan per 1 Juni sudah lebih dari 90 persen tempat tidur terisi. Ini adalah kondisi yang sangat memprihatinkan," tambah Wiku.

Dengan perkembangan tersebut, maka Ketua Satgas Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito beserta jajaran melakukan kunjungan ke Kudus pada Rabu (3/6). "Dari kunjungan tersebut diketahui keadaan ini adalah sebagai dampak kegiatan wisata religi berupa ziarah dan tradisi Kupatan yang dilakukan warga Kudus tujuh hari pasca Lebaran, hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," ungkap Wiku.

Hal tersebut diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan di Kudus yang saat ini menderita Covid-19 yaitu sebanyak 189 orang. Rumah sakit-rumah sakit di Kudus, menurut Wiku, juga belum menerapkan secara tegas zonasi merah kuning dan hijau, triase pasien Covid-19 dan non-Covid-19 dan keluarga pasien.

"Contohnya masih ada pasien Covid-19 yang didampingi oleh keluarga yang keluar masuk RS tanpa 'screening'. Ketua Satgas menginstruksikan untuk melakukan konversi lainnya menjadi tempat tidur pelayanan Covid-19," tambah Wiku.

Untuk pasien dengan gejala sedang berat diprioritaskan dirawat di RS sedangkan gejala ringan dan tidak bergejala dapat melakukan isolasi mandiri di rumah bila memungkinkan. "Atau dirujuk ke ibu kota provinsi yaitu Semarang. Selain itu sebanyak 450 personil TNI diturunkan untuk memantau empat fungsi PPKM mikro di desa dan kelurahan di Kudus," ungkap Wiku.

Satgas Covid-19 meminta agar pemda dan satgas kabupaten Kudus dapat melakukan pembatasan mobilisasi maksimal agar penularan tidak meluas dan memantau zonasi masing-masing daerah. "Apa yang terjadi di kudus dapat menjadi pelajaran bagi daerah-daerah lainnya, mohon satgas daerah dapat mengantisipasi tradisi dan budaya di daerah masing-masing agar dapat menentukan penanganan dan kebijakan terbaik agar kasus tidak meningkat tajam seperti di Kudus," tegas Wiku.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement