REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Len Industri Bobby Rasyidin menjelaskan, PT Len akan menjadi lead integrator BUMN industri pertahanan dan sebagai brainware alutsista yang digunakan oleh TNI, baik matra darat, laut, maupun udara. Sehingga dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar anggota BUMN industri pertahanan, yaitu Len Industri, Pindad, Dirgantara Indonesia, Dahana, dan PAL Indonesia.
Berbeda dengan BUMN pertahanan lain yang berfokus pada kemandirian dalam memproduksi alutsista dan amunisi, PT Len di dalam holding BUMN industri pertahanan berperan menjadi sistem integrator dari alutsista-alutsista tersebut. Baik alutsista baru hasil produksi dalam negeri, luar negeri, maupun alutsista yang sudah ada di TNI.
"Untuk menjawab tantangan dalam memenuhi peran sebagai integrator tersebut, PT Len telah memiliki hasil pengembangan berbagai produk lini pertahanan mulai dari Sistem Command & Control (C2), Sistem Sensor, dan Sistem Komunikasi," ujar Bobby saat menerima kunjungan kerja Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ke PT Len Industri (Persero) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (4/6).
Pengembangan tersebut diperlukan dalam pembangunan sistem integrasi alutsista yang dikenal sebagai konsep terintegrasi C4ISR (Command, Control, Communication, Computer, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) dan menerapkan Network Centric Warfare (NCW) sesuai doktrin dan kebutuhan pertahanan TNI di Indonesia.