REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Kelompok Muslim Malaysia mendesak seluruh pihak yang bertikai di zona konflik agar berhenti menyerang anak-anak.
Presiden Majelis Musyawarah Ormas Islam Malaysia (MAPIM) Mohd Azmi Abdul Hamid menyampaikan hal tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Internasional Anak-anak Tidak Bersalah Korban Agresi setiap 4 Juni. Azmi mengungkapkan anak-anak menjadi pihak yang paling rentan mengalami kekerasan akibat konflik.
MAPIM menegaskan, segala dampak tidak manusiawi terhadap anak di daerah konflik seperti kematian, kekerasan seksual, hingga serangan terhadap sekolah, tidak dapat ditoleransi dan harus dikutuk.
“Pengorbanan dan penderitaan terhadap anak yang disengaja adalah tindakan paling tidak beradab yang dapat dilakukan oleh pihak mana pun,” ungkap Azmi dalam keterangannya, Jumat.
Sejak peringatan ini ditetapkan pada Agustus 1982, MAPIM menyayangkan situasi yang justru semakin memburuk. Azmi menuturkan, anak-anak di Mali, Lebanon, Suriah, Palestina, Afghanistan, serta Myanmar, menghadapi situasi hidup dan mati.
MAPIM mengingatkan seluruh pemimpin dunia bahwa setiap anak merupakan amanah yang harus dijaga dan diasuh. MAPIM juga mendesak badan-badan internasional mengirim pasukan perdamaian untuk melindungi anak-anak dari berbagai bentuk agresi.
MAPIM sekaligus mengingatkan para pembela HAM agar memberi perhatian khusus pada penderitaan anak-anak di kamp pengungsian dan pengungsi internal (IDP).