REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Liga Super Eropa dan Ketua Juventus Andrea Agnelli menyebut rencana Liga Super Eropa bukanlah kudeta melainkan salah satu cara dalam menyelamatkan industri sepak bola yang secara dramatis terpukul pandemi Virus Corona.
"Liga Super itu bukan kudeta, melainkan pekikan peringatan setengah mati terhadap sistem yang diakui atau tidak, tengah menuju kepada kebangkrutan," kata Agnelli dalam konferensi pers yang diadakan sebagai perpisahan untuk Direktur Olahraga Juventus Fabio Paratici, Jumat (4/6).
"Selama bertahun-tahun saya berusaha mengubah kompetisi Eropa dari dalam, karena petunjuk adanya krisis itu jelas sekali bahkan sebelum pandemi," ujar Agnelli pula.
Juventus, Barcelona, dan Real Madrid menjadi tiga dari 12 klub yang masih bertahan. Ke-12 klub adalah klub-klub yang menandatangani proyek liga sempalan ini April lalu, tapi kemudian gagal total, setelah enam klub Inggris ditambah Inter Milan, AC Milan, dan Atletico Madrid mengundurkan diri dari proposal itu.
Tidak seperti Liga Champions di mana semua tim harus lolos dari liga domestik, tim-tim pendiri Liga Super Eropa memastikan tempatnya tak terjamah setiap tahun dalam kompetisi baru ini.Liga Super Eropa sesumbar bahwa liga ini akan mengerek pendapatan klub-klub top, untuk kemudian membuat mereka bisa menyalurkan keuntungan kepada yang lainnya.