REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam surat Al Araf ayat 16-17 Iblis telah mendeklarasikan akan mendatangi manusia (menggoda) dari segala penjuru. Selain orang awam tak berilmu, iblis bapaknya setan juga mendatangi orang berilmu (ulama).
Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam bukunya "Hamba-Hamba yang Selamat Dari Tipu Daya Musuhnya" mengatakan para ulama, mubaligh dan dai, dan dai'yah biasanya didatangi iblis dengan bisikan berkisar tentang podium dan keberadaannya di mata masyarakat. Iblis akan menabur angin surga, dengan membisikan: "Engkau memang hebat waktu berceramah, kurasa engkaulah satu-satunya macan podium yang paling hebat."
Setan akan terus membisikan kepada para ulama ketika berceramah. "Teruslah berceramah itulah amalan mulia amalan para nabi."
Menurut Ibnu Hasan Bisry dengan bisikan itu kadang-kadang banyak para Dai yang kurang waspada. Sehingga apa yang disampaikan kepada masyarakat bukan lagi niat karena Allah SWT melainkan menuruti hawa nafsunya. "Yakni perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya," katanya.
Iblis Terus membisikan hal-hal yang jauh hubungannya dengan profesi; misalnya; pakai pakai lah yang khas Agar engkau memiliki ciri khusus, berbeda dari penceramah lain. Sesungguhnya masyarakat sangat senang dengan ceramahmu, tetapi ada yang kurang, engkau belum menghujat para pejabat korup.
"Engkau belum mencaci ulama yang tidak mau berjihad fisabilillah, ulama yang tidak berjihad berarti menyembunyikan ilmu yang telah diberikan Allah kepadanya, sedangkan yang tidak mau mengikuti jejakmu adalah ulama gombal."
Dia setan akan terus berbisik kepada ulama saat ceramah. "Ulama masa kini pandainya hanya berbicara tetapi amalannya jauh dari yang dikatakan. Dan engkau belum mengkritik orang-orang yang berseberangan denganmu."
"Demikian iblis akan terus mengusik tentang kehebatan sang ulama dai tersebut sedemikian rupa," katanya.
Ibnu Hasan mengatakan, setan akan terus melakukannya tanpa ada batas waktu, sehingga Jika Allah SWT, tidak melindungi ulama itu, atau ulama itu lupa Dzikrullah, maka jatuhlah dia ke perangkap iblis. Dia menjadi melupakan tujuan semula mengajak umat untuk taat, bertabligh, berceramah karena lillahita'ala, bahkan tanpa disadari, dia mulai berolah vokal, mulai senang senjungan, popularitas, akhirnya timbul ujub, riya dan takabur.
"Iblis mendatangi ulama pemimpin pondok pesantren. Di sana dia menaburkan muslihatnya dengan cara halus sekali," katanya.
Iblis berkata, "kalau Pesantren ingin cepat terkenal dan banyak santrinya, mintalah bantuan dana kepada pemerintah. Dekatilah umara, sering-seringlah muncul di media elektronik maupun media massa."
Karena kata bisikan Iblis, tampilnya engkau di media itu sangat berguna akan menyiarkan kebaikan di masyarakat, sekaligus akan mempopulerkan dirimu dan Pesantrenmu. Semua pemimpin pondok pesantren telah melakukan itu semua, sedang bilang qasidah tentu engkau akan tertinggal dari mereka."
Itulah, kata Ibnu Hasan, iblis menghembuskan bisikan kedengkian dan riya, ia sodorkan sedemikian rupa seolah semuanya terlihat nampak baik pada zahirnya, tetapi di dalamnya terdapat racun berbisa yang mematikan.
Banyak ulama yang terkenal dengan melulu memikirkan pembangunan fisik Pesantren, sampai tak kunjung kunjung selesainya. "Bangunan ini, bangunan itu dan akhirnya pendidikan sendiri menjadi terbengkalai," katanya.