Ahad 06 Jun 2021 16:53 WIB

Kementan Dorong Petani Milenial Budi Dayakan Porang

Porang merupakan komoditas super prioritas pertanian.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL)  meninjau kebun porang milik Kelompok Tani Semangat Millenial di Desa Talumae, Kecamatan Watan Sidenreng, Kabupaten Sidrap, Sabtu (5/6).
Foto: dok. Kementan
Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau kebun porang milik Kelompok Tani Semangat Millenial di Desa Talumae, Kecamatan Watan Sidenreng, Kabupaten Sidrap, Sabtu (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pemerintah sangat serius dalam meningkatan produksi komoditas porang untuk mendukung peningkatan perekonomian nasional. Salah satu terobosannya dengan mencetak banyak petani milenial yang inovatif yang bisa membuka dan memperbanyak pasar ekspor.

Syahrul mendorong petani-petani muda bersemangat dan kreatif mengelola sektor pertanian sehingga menghasilkan produk siap pakai. Tidak hanya itu, petani milenial yang agresif di dunia pertanian juga akan didukung oleh pemerintah.

Baca Juga

Ini menyebut Syaharuddin Alrif, seorang petani milenial yang membudidayakan porang. "Hari ini Syaharuddin membuktikan tanah yang seperti apa adanya ini dengan porang bisa menghasilkan miliaran rupiah," kata Syahrul pernyataan resminya, Sabtu (5/6).

Menurut Syahrul, upaya memajukan komoditas porang hingga menghasilkan kualitas ekspor yang bagus, melibatkan peran lintas kementerian. Kementan di sisi pengembangan budi daya dan produksinya, sinergitas yang dilakukan oleh lembaga lainnya dilaksanakan seperti dari Kementerian Perindustrian yang membina industri pengolahan, sedangkan pasar dan ekspor oleh Kementerian Perdagangan.

"Porang ini masuk super prioritas pertanian. Porang ini masa depan. Saya mau lihat hasil pengembangannya dalam tiga bulan lagi. Buat ini lebih kuat," katanya.

Perlu diketahui, produksi komoditas porang sebanyak 80 persen hingga 85 persen dihasilkan dalam bentuk keripik (chips) untuk diekspor, sedangkan 10 persen hingga 15 persen untuk konsumsi dalam negeri dalam bentuk beras porang ataupun mi porang.

Selain pengolahan pascapanen menjadi beras porang dan mi, komoditas porang mempunyai 21 produk turunan dalam bentuk makanan lainnya, kosmetik, industri, dan yang lainnya.

Petani milenial, Syaharuddin Alrif, mengatakan kebun porang yang dikembangkannya mulai dari pada 2020, ditumpangsarikan dengan komoditas pisang. Kebun ini diharapkan dapat menjadi percontohan seluruh masyarakat Indonesia untuk menggarap budi daya porang secara modern, profesional, dan maju.

Dengan menanam pisang, Syaharuddin mampu menghasilkan Rp 200 juta per hektare selama satu setengah tahun. "Ini bisa membiayai kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Syaharuddin melaporkan ada 400 hektare lahan pengembangan di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) yang berada di 7 desa. Sehingga ke depan industri pengolahan hasil panen harus segera diupayakan untuk menghasilkan produk siap pakai yang akan diekspor ke berbagai negara.

Sementara hingga saat ini luas lahan porang di Provinsi Sulsel baru mencapai 2.000 hektare dengan hasil perhektarenya mencapai Rp 270 juta hingga Rp 300 juta.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement