REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Performa David de Gea di bawah mistar Manchester United (MU) pada sepanjang musim lalu terus menjadi sorotan. Pemain dengan gaji tertinggi di skuad MU saat ini tersebut dianggap menunjukan penurunan performa.
Dari 46 kesempatan tampil di semua ajang, De Gea hanya mencatatkan 12 kali clean sheet. Puncaknya, De Gea dinilai menjadi biang keladi kegagalan MU merengkuh titel Liga Europa.
Di babak adu penalti, penjaga gawang berusia 30 tahun itu gagal menghalau satu pun dari 11 eksekusi penalti para penggawa Villarreal. Kemudian, saat menjadi algojo teakhir penalti MU, De Gea gagal merobek gawang Villarreal.
Dengan kegagalan menghalau satu pun tendangan penalti di babak final Liga Europa tersebut, mantan penjaga gawang Atletico Madrid itu memperpanjang rekor buruknya dalam hal menghalau eksekusi tendangan penalti. De Gea selalu kebobolan dalam 40 tendangan penalti terakhir yang dihadapinya di semua ajang.
Kendati begitu, mantan pelatih timnas Spanyol U-21, Gabino Rodriguez, justru menilai, De Gea merupakan korban dari buruknya lini pertahanan United. Pun dengan kegagalan pelatih MU, Ole Gunnar Solskjaer, dalam menerapkan taktik dan strategi yang tepat guna mendongkrak performa pertahanan United.
''Saya selalu percaya, sebuah tim adalah representasi dari pelatihnya. Lihatlah MU di bawah kendali Sir Alex Ferguson, benar-benar tidak ada ampun.”
“MU di bawah kendali Ole adalah tim yang lemah, bahkan lebih lembut dari kue Muffin. David menderita dan menjadi korban dari lemahnya sektor pertahanan,'' ujar Rodriguez seperti dikutip The Sun, Ahad (6/6).
Seorang penjaga gawang, tutur Rodriguez, semestinya mendapatkan perlindungan dari lini belakang. Namun, kondisi ini tidak terjadi di United. Rodriguez menilai, dua bek tengah United sangat lambat.
Kondisi ini diperparah dengan adanya jarak yang lebar antara lini tengah dan lini belakang. Ujungnya, De Gea yang berada di bawah mistar gawang menjadi bulan-bulanan lini serang tim lawan.
''Kesalahan lini belakang tim besutan Ole itu sangat brutal. Dua bek tengah begitu lamban dan tidak bisa memimpin. Kondisi ini disadari pula oleh tim lain. Masalah utama dari tim besutan Solskjaer itu adalah organsisasi permainan yang buruk.”
“Buruknya lini belakang United membuat De Gea tampil tidak maksimal,'' kata pelatih yang pernah melatih De Gea di timnas U-21 tersebut.