Senin 07 Jun 2021 05:49 WIB

Inggris Bersiap Diri Jadi Pemimpin Energi Hijau Dunia

Kapasitas angin lepas pantai mampu memenuhi 10 persen kebutuhan listrik di Inggris.

Rep: Citra Listiyarini/ Red: Bilal Ramadhan
Panel Tenaga Surya Terapung di Waduk Queen Elizabeth II di dekat London, Inggris
Foto: Istimewa
Panel Tenaga Surya Terapung di Waduk Queen Elizabeth II di dekat London, Inggris

REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah Inggris memastikan perhelatan PBB Climate Change Conference of the Parties ke-26 (COP26) akan tetap digelar di Glasgow pada 1-12 November mendatang. Perhelatan di tengah Covid-19 akan menggunakan standar protokol kesehatan yang aman dan ketat. Penyelenggaraan COP26 ini merupakan bentuk komitmen pemerintah Inggris untuk menjadi model dalam pemanfaatan energi terbarukan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah menetapkan rencana baru untuk Build Back Greener dengan menjadikan Inggris sebagai pemimpin dunia dalam energi angin lepas pantai, menciptakan lapangan kerja, memangkas emisi karbon, dan meningkatkan ekspor.

Keseriusan pemerintah Inggris dalam hal energi terbarukan dibuktikan dengan alokasi dana sebesar 160 juta poundsterling untuk itu. Anggaran tersebut dialokasikan untuk meng-upgrade pelabuhan dan infrastruktur di negara ini, seperti di Teesside dan Humber di Inggris Utara, Skotlandia, dan Wales.

Langkah-langkah tersebut akan meningkatkan kapasitas angin lepas pantai yang mampu memenuhi 10 persen kebutuhan listrik di Inggris, dan dicatat sebagai sebuah Langkah pemanfaatan angin lepas pantai terbesar di dunia. Inggris berharap tindakan tersebut dapat membawa negara itu berada pada garis depan revolusi industri hijau.

“Kami fokus bekerjasama dengan semua negara untuk melakukan upaya bersama yang konsisten di empat bidang yaitu dengan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat, memungkinkan komunitas dan habitat alami untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim, memobilisasi pendanaan iklim, dan bekerja sama untuk melakukan aksi nyata,” kata Presiden Climate Change Conference of the Parties ke-26 Alok Sharma dalam kunjungannya ke Jakarta baru-baru ini dalam rilisnya, Ahad (6/6).

Dia menjelaskan persiapan pemerintah Inggris mensukseskan KTT yang akan mempertemukan para negosiator iklim dari 196 negara serta pelaku bisnis, organisasi, para ahli dan pemimpin dunia di SEC Centre, Glasgow.

Enam tahun sejak COP21, saat Perjanjian Paris disetujui dan dunia sepakat untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5C, KTT tahun ini akan menjadi tempat bagi semua negara berkomitmen untuk melakukan tindakan yang diperlukan demi menjaga target ini agar tetap hidup.

Pemerintah Inggris juga membuka peluang kerja sama dengan negara-negara lain di dunia untuk meningkatkan partisipasinya dalam penggunaan energi terbarukan. Inisiatif ini termasuk bergabung dengan masyarakat sipil serta korporasi dan berbagi pengalaman yang pernah dilakukan Inggris untuk meningkatkan pengelolaan energi terbarukan.

Beberapa proyek energi terbarukan dari pemanfaatan air, angin, dan tenaga surya dengan teknologi Inggris diantaranya:

Energi Air

Inggris telah memanfaatkan energi air sebagai pembangkit listrik sejak tahun 1879, menjadikan negara yang dikenal dengan pasir putihnya sebagai pionir dalam hal ini. Saat ini kapasitas pembangkit listrik tenaga air di Inggris mampu menyumbang 4.700 MW tenaga air dengan instalasi yang dipasang di daerah-daerah basah dan bergunung seperti Wales dan barat laut Skotlandia.

Teknologi pemanfaatan energi air di Inggris juga terus berkembang dan dapat dibangun di area yang sangat terbatas. Jika energi air umumnya identik dengan instalasi seperti waduk yang membutuhkan lahan yang sangat besar, Inggris kini mengembangkan cara baru untuk memanfaatkan dan memasang instalasi pembangkit listrik tenaga air yang menggunakan lahan lebih kecil.

Karena ukurannya yang kecil, instalasi dapat dipasang di lebih banyak tempat dan menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Pembangunan dan pengoperasiannya juga lebih murah.

Instalasi pembangkit listrik tenaga air ini juga ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kehidupan ekosistem ikan. Dengan desain yang tidak menyita banyak ruang, alat pembangkit listrik tenaga air ini dapat dipasang di lebih banyak tempat, bahkan di sekitar tempat tinggal masyarakat.

Energi Angin

Salah satu contoh pemanfaatan energi angin yang sukses dikembangkan oleh perusahaan Inggris berada di Cape Verde, negara kepulauan di lepas pantai barat laut Afrika.

Masyarakat di sana hidup dengan harga listrik yang mahal karena tingginya penggunaan generator. Melihat kondisi ini, Cape Verde memutuskan untuk mulai menghasilkan energi terbarukan sendiri.

Salah satunya adalah bekerja sama dengan Ryse Energy untuk menyediakan akses energi yang dapat diandalkan bagi sebuah desa berpenduduk 700 orang yang sebelumnya hidup tanpa energi. Proyek pemanfaat energi angin di sini menghasilkan 140,000 kWh listrik per tahun yang memberi manfaat bagi 700 penduduk desa, mengurangi 54 ton CO2 per tahun atau setara dengan menanam 110 pohon.

Pemanfaatan energi angin ini merupakan bagian dari agenda "energi berkelanjutan untuk semua" di Cape Verde yang menargetkan penggunaan 100 persen listrik dari sumber daya terbarukan pada tahun 2025.

Energi Surya

Data menunjukkan bahwa, saat ini pemanfaatan tenaga surya di Inggris mampu memenuhi 4 persen kebutuhan listrik—naik dari 3,1 persen pada tahun 2016. Energi surya adalah energi terbarukan ketiga yang paling banyak dimanfaatkan di Inggris.

Salah satu proyek energi Surya yang sangat dikenal di Inggris adalah pembangkit listrik tenaga surya terapung di Waduk Ratu Elizabeth II, dekat London.

Pada Maret 2016, Lightsource Renewable Energy, salah satu pengembang tenaga surya terbesar di Eropa asal Inggris, berhasil memasang dan menyelesaikan 6,3MW pembangkit listrik tenaga surya terapung dan menghubungkan instalasi ini langsung ke jaringan terdedikasi milik Thames Water, perusahaan swasta yang bertanggung jawab atas pasokan air publik dan pengolahan air limbah di sebagian besar kota London.

Pasokan energi surya ini didesain untuk memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan energi pabrik di Inggris, sebagai bagian dari upaya Thames Water untuk menghasilkan sepertiga dari energinya secara mandiri. Seluruh instalasi dibangun di pinggir waduk dan kemudian didorong ke waduk meliputi 61 ribu platform terapung yang dibangun sebagai penyangga bagi 23.046 panel surya.

Setelah panel berada di posisinya di tengah waduk, penyelam profesional dan 177 jangkar dikerahkan untuk menyempurnakannya. Luas permukaan  pembangkit listrik tenaga surya terapung Thames Water ini mencapai 57 ribu m2 yakni kurang dari 10 persen area waduk, tetapi mampu menghasilkan 5,8 juta kWh sepanjang tahun. Cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik di 1.800 rumah.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement