REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyambut keputusan Amerika Serikat (AS) menyalurkan kembali bantuan dana untuk lembaga tersebut. Namun, UNRWA tetap berisiko mengalami krisis keuangan jika tak ada lagi sumbangan dari pihak lain.
Juru bicara UNRWA Sami Mshasha mengungkapkan, bantuan baru AS sangat penting untuk lembaganya. Namun dana yang dijanjikan masih di bawah sumbangan reguler Washington ke UNRWA.
“Meski pengumuman pemerintahan (Presiden AS Joe) Biden bahwa mereka akan melanjutkan dukungan kepada UNRWA, hingga akhir 2017 AS adalah donor terbesar kami dengan sumbangan 260 juta dolar AS, yang saat itu mewakili seperempat dari anggaran kami. Tahun ini mereka telah mengumumkan bahwa mereka hanya akan memberi kami 150 juta dolar AS untuk layanan reguler serta anggaran reguler kami, serta operasi darurat kami,” kata Mshasha, dikutip laman Arab News, Ahad (6/6).
Dia mengungkapkan, dimulainya kembali bantuan AS sangat penting secara politik maupun finansial. Menurutnya, hal itu akan mendorong donor lain melanjutkan tingkat pendanaan yang UNRWA nikmati di tahun-tahun sebelumnya. Mshasha mengatakan, beberapa krisis finansial kian mendalam karena para donor lama memotong atau mengurangi sumbangan mereka. Hal itu terjadi akibat krisis dan kesulitan ekonomi yang ditimbulkan pandemi Covid-19.
“Jadi uang tambahan dari AS pada dasarnya diimbangi oleh fakta bahwa dua donor besar lainnya telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan dapat memenuhi kewajiban tahunan mereka seperti tahun-tahun sebelumnya meskipun kontribusi mereka tetap penting bagi kami,” ujar Mshasha.
Mshasha menekankan, secara keseluruhan situasi keuangan UNRWA sangat mengerikan. Hingga kini, UNRWA masih menerapkan langkah-langkah penghematan ketat pada 28 ribu stafnya guna mengatasi defisit anggaran. Dengan demikian, layanan kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial untuk para pengungsi Palestina.