REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Gereja Katolik Austria pada Jumat (4/6) lalu menjadi kelompok agama terbaru yang mengkritik peta Islam yang diluncurkan pemerintah Austria. Laman yang disebut National Map of Islam yang dirilis pada 27 Mei 2021 itu telah memicu kekerasan terhadap minoritas Muslim di Austria.
Peta yang menuai kontroversi itu berisi nama dan lokasi lebih dari 620 masjid, termasuk asosiasi Muslim, serta perincian lokasi, foto anggota mereka, dan pejabat serta kemungkinan koneksi mereka di luar negeri. Kepala Gereja Katolik Austria Kardinal Christoph Schoenborn mengkritik dan mempertanyakan mengapa dari banyaknya komunitas agama di negara itu, satu yang dipilih untuk dibuat peta demikian.
"Berbahaya untuk memberi kesan salah satu komunitas agama dicurigai secara umum," kata Schoenborn, menulis dalam op-ed Jumat, dilansir di Al Arabiya, Senin (7/6).
Peta itu pertama kali dipresentasikan oleh kelompok yang didanai pemerintah yang memantau ekstremisme Muslim dan oleh Menteri Integrasi Austria Susanne Raab, seorang anggota Partai Rakyat Austria (OeVP) yang konservatif dan anti-migrasi. Raab menyebutnya sebagai alat memerangi Islam politik sebagai landasan pembiakan bagi ekstremisme.
Sebelumnya, kepala Komunitas Agama Islam Austria Umit Vural menggambarkan peta itu sebagai ancaman keamanan besar-besaran bagi umat Islam. Organisasi Pemuda Muslim Austria mengatakan beberapa Muslim telah diserang dan sebuah masjid telah dirusak sejak peta itu beredar di internet pada akhir Mei lalu.
Sekitar seperempat dari mayoritas penduduk Katolik Austria memilih partai sayap kanan yang Islamofobia. Dalam sepekan terakhir, ekstremis sayap kanan telah memasang papan bertuliskan "Hati-hati! Politik Islam ada di dekat Anda", di jalan-jalan di mana peta menunjukkan organisasi Muslim. Peta itu menyerukan "sesama patriot" untuk bergabung dengan mereka.
Peta Islam ini juga mendapat sorotan dari Perwakilan Khusus Uni Eropa terkait Kebencian Antisemit dan Anti-Muslim serta Kejahatan Kebencian Daniel Hoeltgen yang mendesak pemerintah menghapus peta Islam tersebut. Sejumlah perwakilan dari komunitas agama lain, termasuk presiden Konferensi Rabi Eropa Pinchas Goldschmidt juga menegur perilisan peta Islam.
Di sisi lain, menurut sebuah kelompok yang mendokumentasikan Islamofobia dan rasialisme anti-Muslim, serangan verbal dan fisik terhadap Muslim telah meningkat sejak seorang ekstremis kelahiran Austria membunuh empat orang di Wina pada awal November 2020.