Senin 07 Jun 2021 14:05 WIB

Jurnalis Masuk Rumah Sakit Usai Ditahan Militer Israel

Givara Budeiri menerima perawatan untuk luka yang diderita selama penangkapan Israel

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Seorang jurnalis memegang plakat yang menggambarkan polisi sedang memukuli wartawan foto AFP demonstrasi Ahmad Gharabli menentang serangan polisi Israel terhadap jurnalis Palestina, di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, Jumat, 28 Mei 2021.
Foto: AP Photo / Maya Alleruzzo
Seorang jurnalis memegang plakat yang menggambarkan polisi sedang memukuli wartawan foto AFP demonstrasi Ahmad Gharabli menentang serangan polisi Israel terhadap jurnalis Palestina, di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, Jumat, 28 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Wartawan bernama Givara Budeiri meninggalkan rumah sakit Ahad (6/6). Dia menerima perawatan untuk luka yang diderita selama penangkapan oleh pasukan Israel sehari sebelumnya.

Tangan kiri Budeiri patah ketika ditangkap saat meliput demonstrasi di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki. Polisi Israel juga menghancurkan peralatan milik juru kamera Aljazirah Nabil Mazzawi. Penangkapannya menuai kecaman tajam dari para pendukung kebebasan pers dan pengawas media.

Baca Juga

Koresponden Yerusalem jaringan media yang berbasis di Doha ini dituduh menyerang seorang perwira polisi perempuan dan tidak menunjukkan kredensialnya. Tuduhan tersebut disangkal oleh Budeiri dan Aljazira. Tuduhan Israel juga ditentang oleh rekaman penangkapan Budeiri.

"Saya berusaha untuk baik-baik saja, tetapi mereka mematahkan tangan saya dan saya menghabiskan sepanjang malam di rumah sakit,” kata Budeiri.

Budeiri mengatakan mengalami memar di beberapa bagian tubuhnya, sakit kepala, nyeri di punggung, dan sakit kakinya. Sakit di bagian kaki membuatnya sulit untuk berjalan.

Wartawan tersebut telah bekerja sebagai peliput untuk Aljazirah sejak 2000. Dia mengenakan jaket antipeluru bertanda "pers" ketika ditangkap dan memegang kartu Kantor Pers Pemerintah Israel (GPO).

Menurut Budeiri, dia diperlakukan sebagai penjahat ketika dibawa ke kantor polisi dan selama beberapa jam dalam tahanan dilarang melepas jaket antipelurunya yang berat atau menutup matanya ketika merasa lelah. "Kami akan membuat Anda tutup mulut ... jika kami membuat Aljazirah diam, semua orang akan tutup mulut," ujarnya mengutip seorang perwira polisi Israel mengatakan saat dia ditahan.

Seperti banyak orang lain, Budeiri mengatakan dia hanya meliput kenyataan di lapangan dan bahwa jurnalis memberi tahu seluruh dunia kondisi yang terjadi di wilayah itu.

"Mikrofon dan kamera akan menyala... tidak ada yang akan menghentikan kita," kata Budeiri. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement