REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar meminta pembukaan sekolah tatap muka tetap (STM) dipertimbangkan secara matang, meski para guru telah divaksinasi. Ketua IDI Kota Makassar Dr dr Siswanto Wahab SpKK mengemukakan, idealnya persiapan pembukaan sekolah tidak hanya bertumpu pada vaksinasi guru, demikian pula pada peserta didik.
"Siapa yang mau bertanggung jawab jika anak-anak kena Covid-19, apalagi meninggal karena Covid-19. Semestinya, guru dan peserta didik harus selesai divaksinasi, baru boleh dikaji soal pembukaan sekolah tatap muka langsung," ujarnya, Selasa (8/7).
Jika belum dilakukan, dr Siswanto menegaskan, IDI Makassar tidak menyetujui kegiatan tatap muka yang digelar secara terbatas atau tidak terbatas. Menurut dia, rangkaian proses interaksi ke sekolah sangat berpotensi besar menimbulkan penularan terhadap peserta didik mulai dari anak keluar sampai pulang ke rumah.
"Ada yang naik kendaraan umum, sampai di sekolah pasti ada fase interaksi di antara siswa, ini rawan jika peserta didik belum divaksinasi," ujarnya.
Seluruh warga sekolah mulai guru, peserta didik, dan staf sebagai bagian dari masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19. Untuk itu, IDI berharap semua perangkat sekolah ikut divaksinasi.
Setelah vaksinasi, persoalan belum selesai. Pendidikan disiplin hidup bersih, sehat, penerapan protokol kesehatan 3M secara ketat, seperti memakai masker dan menjaga jarak dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dari rumah, hingga ke sekolah harus dipastikan.
Selain itu, mempersiapkan kebutuhan penunjang kesehatan anak, seperti masker, bekal makanan dan air minum, pembersih tangan, hingga rencana transportasi harus steril dengan memastikan aman dari penularan Covid-19. Lebih lanjut, dia mengatakan, logikanya orang dewasa masih kerap melanggar protap kesehatan atau protokol kesehatan Covid-19. Terlebih, peserta didik yang masih ingin bebas berinteraksi, seperti bermain dan bercanda bersama temannya.
IDI Makassar menyarankan agar pemerintah fokus pada pencegahan pengendalian Covid-19 dengan memperbanyak testing dan tracing untuk mencegah dan menurunkan yang terinfeksi virus corona, bergejala maupun tidak. "Idealnya untuk Sulawesi Selatan, 1.200-1.300 setiap hari pemeriksaan swab/PCR di luar pemeriksaan penderita positif Covid-19," ujarnya.
Lebih jauh dr Anto menyebutkan, ada tiga poin penting dalam memperhatikan masa depan anak, yakni hak anak hidup, hak anak sehat, dan hak anak mendapatkan pendidikan.