Rabu 09 Jun 2021 06:14 WIB

Kisah Pilu Keluarga Muslim Jadi Target Serangan di Kanada

Seorang pengendara mobil semi-truk menabrak keluarga Muslim Kanada.

Red:
Seorang pengendara mobil semi-truk menabrak keluarga Muslim Kanada
Seorang pengendara mobil semi-truk menabrak keluarga Muslim Kanada

Seorang pengendara mobil semi-truk menabrak keluarga Muslim Kanada beranggotakan lima orang. Empat di antaranya tewas dalam serangan yang menurut polisi Kanada memiliki alasan kebencian agama atau rasial.

Pihak berwenang mengatakan pria yang melakukan tindakan tersebut sudah ditangkap di sebuah tempat parkir di sebuah pusat perbelanjaan di Kota London, Ontario.

Polisi mengatakan, mobil hitam tersebut sengaja menabrak korban yang berada di persimpangan jalan.

"Ini berakar dari kebencian yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Tingkat kebencian seperti ini membuat kita mesti mempertanyakan kita semua di kota ini."

Polisi mengatakan korban tewas adalah seorang pria berusia 74 tahun, pria berusia 46 tahun, perempuan berusia 44 tahun, dan remaja putri berusia 15 tahun.

Seorang korban lagi, anak laki-laki berusia sembilan tahun dalam kondisi kritis.

Menurut petugas, keluarga meminta agar nama-nama korban tidak diumumkan.

Pelakunya Nathaniel Veltman, 20 tahun, sudah ditahan dan menghadapi empat tuduhan melakukan pembunuhan tingkat pertama.

Polisi mengatakan, Nathaniel, warga London, tidak mengenal para korban.

Detective Superintendent Paul Waight mengatakan Nathaniel mengenakan rompi yang tampaknya seperti rompi senjata.

Superintendent Waight mengatakan, polisi saat ini tidak mengetahui apakah pelaku menjadi anggota kelompok tertentu yang menyebarkan kebencian terhadap yang lain.

Dia menyatakan, polisi di Kota London sedang bekerja sama dengan polisi federal dan jaksa penuntut untuk menggunakan pasal terorisme.

"Kami menduga keras bahwa korban menjadi sasaran karena mereka adalah warga Muslim," kata kepala kepala polisi London, Stephen Williams.

"Kami memahami kejadian ini akan menciptakan kecemasan dan ketakutan di masyarakat, khususnya di kalangan Muslim, atau komunitas apa saja yang menjadi sasaran kebencian. 

Kanada pada umumnya dikenal sebagai negara yang menerima baik kedatangan pendatang dari semua latar belakang suku dan agama.

Namun, pada 2017, seorang warga Kanada berbahasa Prancis yang dikenal dengan pandangan nasionalis sayap kanan melakukan penembakan membabi buta di masjid di Kota Quebec, yang menewaskan enam orang.

Kanada terbagi atas dua wilayah di mana separuh penduduknya menggunakan bahasa Inggris dan separuhnya lagi menggunakan bahasa Prancis.

Korban tewas adalah tiga generasi keluarga

Seorang perempuan yang melihat serangan terjadi mengatakan dia tidak henti-hentinya membayangkan para korban.

Paige Martin mengatakan, dia berhenti di lampu mereka sekira pukul 8:30 malam ketika sebuah truk melintas cepat.

Dia mengatakan, mobilnya terguncang karena kecepatan truk tersebut.

"Saya terkejut dan berpikir bahwa pengendaranya sangat ceroboh," kata Paige.

Beberapa menit kemudian dia melihat pemandangan yang mengerikan di sebuah perempatan di dekat rumahnya.

Para petugas berlari mendekati korban, seorang polisi mencoba berikan pernapasan bantuan terhadap seorang korban, dan tiga orang tergeletak di tanah.

Sejumlah orang di pinggir jalan dan beberapa pengemudi mobil keluar dari mobil mereka mencoba untuk membantu.

Zahid Khan seorang teman dari keluarga korban mengatakan mereka yang tewas berasal dari tiga generasi: seorang nenek, ayah, serta ibu dan anak putri mereka.

"Keluarga tersebut pindah dari Pakistan 14 tahun lalu dan merupakan bagian dari Komunitas Masjid London," katanya.

"Mereka keluar untuk jalan-jalan seperti yang mereka lakukan setiap hari," kata Khan sambil berlinang air mata.

Dewan Muslim Nasional Kanada mengatakan warga Muslim di Kanada merasakan adanya perasaan benci terhadap warga belakangan ini.

"Ini adalah serangan teroris di tanah Kanada dan harus diperlakukan seperti itu," ujar Ketua Dewan Mustafa Farooq.

"Kami menyerukan kepada pemerintah untuk mengadili pelaku secara maksimal sesuai hukum yang berlaku, termasuk penggunaan pasal terorisme."

Wali Kota London mengatakan, sebagai tanda berkabung, bendera akan diturunkan setengah tiang selama tiga hari.

Superintendent Waight mengatakan, empat orang korban ini merupakan korban terbesar dalam satu peristiwa di kota tersebut.

"Kebencian dan Islamofobia tidak memiliki tempat di Ontario. Keadilan mesti ditegakkan untuk tindakan kebencian yang terjadi di London, Ontario," kata Menteri Utama Ontario, Doug Ford, di Twitter.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News

AP

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement